Friday, January 11, 2019

Cerita di Balik Perdagangan Orang

perdagangan orang

Pemberitaan di media tentang portitusi online artis, mencuat lagi kepermukaan. Dengan kasus perdagangan orang atau hukum yang di beratkan kepada sang mucikari. Padahal menurut saya, bisnis jual diri ini tidak melulu tentang perbudakan seks tetapi bagaimana jika atas sama-sama bersedia, atau saling menguntungkan pelaku dan tersangka (gak bisa nyebut korban karena dengan suka rela kok si penjaja itu) sehingga sulit diberi hukuman di Indonesia bagi sang penjual diri. ya sebut saja sudah menjadi mata pencahariannya. Heboh iya, tapi tidak sampai menuntaskan ke akarnya.

Sebenarnya, yang harus dibenahi bukan mucikarinya saja tetapi hukum yang berlaku di Indonesia ini tentang portitusi sangat tumpul, jadi tidak heran dan jangan norak, kalo berita ini akan terus muncul. Sekarang artis VA tahun depan artis inisial  I, U, E, O. Itu tidak penting, ngurusin kepoin ngedjuge artis, wong akarnya aja gak dibenahi. Apa itu akarnya? Hukum Indonesia masih memakai jejak hukum Belanda.

Udah gak usah mampir-mampir baca berita di portal online tentang kasus VA, apalagi langsung cuss buka medsos dan bergabung menjadi netizen maha benar yang mendjuge sana, sini. Lebih baik saya menulis tentang Perdagangan Orang, Target dan Cara Mencegahnya Butuh Peran Masal Masyarakat.

Sebenarnya, jika kalian mau lebih membuka mata, telinga, lebih dalam lagi, ini lebih dari sekedar ngomongin artis. Kalian harus tahu portitusi yang masuk dalam perdagangan manusia itu seperti apa. ya, perdagangan budak seks. Dari zamannya perempuan mudah dilecehkan, bayi perempuan dikubur hidup-hidup, dan diperjual belikan sampai sekarang masih beroperasi gila-gilaan.

Human Trafficking


Kata itu membuat saya teringat kembali tentang seminar saat menghadiri rapat pendidik di Desa Gabus Wetan saat dulu pernah menjadi guru. Waktu itu orang dari yayasan kemanusiaan (saya lupa nama yayasannya, tapi saya ingat kantornya ada di ds. Parean kec. Kandanghaur, Indramayu) memberi edukasi kepada para guru, dan tokoh masyarakat lainnya tentang pencegahan Perdagangan orang yang rata-rata anak di bawah umur. Seminar ini seperti bimbingan untuk murid kami, teman kami, tetangga kami, agar tidak mendukung mereka untuk bekerja di bawah umur atau di bawah 18 tahun karena rentan menjadi korban perdagangan orang. Sekolah-sekolah di kampung berbeda dengan di kota. Banyak mereka yang tidak melanjutkan sekolah dan lebih memilih bekerja.

Menjadi pengajar di sekolah yang jauh dari banyangan sekolah keren perkotaan, juga terbuang, membuat saya melek lagi "Bahwa anak Indonesia masih banyak sekali yang terlantar, minim pengetahuan, dan mutu pendidikan yang kurang"

Hasil sharing dari seminar mencegah traficking itu pernah saya pernah tulis di blog dan Kompasiana, Namun lebih ke tema kekerasan terhadap perempuan dan anak dan itu sudah lama sekali saya tulis.

Disini Bersama Kita Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak


Pembukaan seminar itu di awali dengan cerita para korban traficking yang tidak lain lebih banyak di daerah tempat saya tinggali waktu itu, Gabus wetan, kab. Indramayu. Kecamatan ini tidak lepas dari sejarah perdagangan manusia paling banyak se-Jawa barat. 😱

Kurangnya pemahaman orangtua terhadap agama, kesulitan hidup seperti faktor ekonomi, dan banyaknya anak-anak broken home juga yatim buatan. Yatim buatan, adalah orangtua lengkap tetapi tidak ada perannya, karena banyak keluarga utuh tetapi orangtua perempuan lebih banyak memilih bekerja ke luar negeri sebagai PRT.

Bagi anak muda disana bekerja di luar negeri seperti taiwan, hongkong, arab dan korea menjadi sebuah tujuan karier, sekalipun kerjanya hanya sebagai ART atau di panti jompo. Paling beruntung buruh di pabrik tetapi harus merogoh biaya masuk puluhan juta. Single mom, maupun yang sudah bersuami tidak sedikit pergi bekerja ke luar. Secara tidak langsung kebiasaan ini diikuti turun temurun. Ingin sukses, ingin berhasil, sampai patah hatipun, rela bekerja di luar. Meskipun usia mereka masih usia sekolah ataupun baru lulus SMA/SMK. Niat itu pun di dukung oleh orangtuanya. Rasanya orangtua sangat bangga memiliki anak yang bekerja di luar negeri, pulang memboyong harta, mengharumkan nama keluarga dan bisa membangun rumah bagus. Memang tidak ada yang salah dari niat tulus untuk keluarga dengan ikhtiar. yang salah itu jika salah sasaran. Tidak munafik semua itu adalah tujuan materi atau duniawi yang kadang kita khilaf dan keliru mengartikan mencari kebahagiaan.

Sebut saja A seorang gadis usia belasan tahun, usia anak SMP, sejak kecil hidup diurus kakek neneknya yang miskin, ibunya lama tidak pulang pergi bekerja di luar negeri. A merasa ingin mengubah nasibnya dengan bekerja, ia memutuskan tidak melanjutkan sekolah. Keputusan itu didukung oleh kakek neneknya. Tetangganya membantunya dengan menyebarkan informasi lowongan kerja, beberapa mereka ada yang ingin mengajak merantau ke kota, ada pula yang harus menyogok sejumlah uang terlebih dahulu. Hingga sampai informasi si A ngebet bekerja untuk mengubah nasib ke telinga orang yang tidak bertanggung jawab. Siapa lagi kalo bukan si mucikari beserta komplotan biadab itu.

A adalah gadis yang polos, pikirannya belum matang. Ia mudah tertipu dengan rayuan bohong sang mucikari dengan janji gaji besar, kerja di kota, perhotelan, salon, butik, ART orang kenamaan, membuat A yang sedang susah itu mudah tergiur. Tidak A saja, sang mucikari mengajak teman-teman A untuk ikut bekerja.

Setelah A dan teman-temannya masuk perangkap, mereka tidak langsung di jual. Pertama, mereka dibawa dan diasing kan dulu di sebuah mess di Jakarta. Para gadis malang itu di vermak habis, mulai dari suntik, dan dicekoki obat-obatan, diluar dosis batas usia belia mereka. Belum sampai disitu mucikari pun membuat para gadis polos itu tertahan dengan hutang besar, agar tidak bisa pulang sebelum bekerja. Bayar mess, biaya makan, biaya vermak wajah, body, dll. Awalnya mereka tidak sadar untuk apa diberlakukan menjadi seperti itu. Hingga pada saatnya mereka di jual di Bali. Mereka disuruh memakai pakaian senonoh minim bahan dengan wajah melongo, polos, dan di pajang begitu saja di hadapan lelaki hidung belang. 😭😭😭

Hati saya sesama perempuan, sebagai ibu, terisris sangat teriris. Ini kisah nyata dan ada di lingkungan kita. Pikiran berkecamuk, apakah ia salah satu murid yang pernah bersekolah di tempat saya mengajar? Saya lemas melihat cuplikan video korban yang berhasil diselamatkan para relawan kemanusiaan itu. Mereka seperti burung lepas kehausan mencari air.

Kabur dari sana tidak mudah! sudah diparketat, mulai dari akses, komunikasi, para oknum yang bekerja sama di balik layar, sudah hampir tidak mungkin untuk menyelamatkan diri disana. jika ketahuan para gadis yang dijual itu disiksanya. Rasanya untuk bisa bebas dari sana itu cuma mimpi, banyak yang menghabiskan sisa hidupnya di tempat neraka itu, mereka menganggapnya nasib, menerima dan menjalaninya, tidak sedikit mereka yang mati muda karena penyakit menular. Keluarga nan jauh hanya menerima kabar baik, baik, mengirim uang dengan nominal besar.


Yayasan perlindungan yang sudah saya lupa namanya itu, berhasil menyelamatkan beberapa anak dari praktek penjualan orang. Kalo tidak salah penyamarannya sebagai pelanggan dulu, hingga bisa chat dengan korban. Entah lebih detailnya saya lupa. Tapi saya ingat tim penyelamat itu membawa kabur 3 orang gadis asal Indramayu dari sekian banyak korban yang belum terselamatkan. Tim penyelamat membawa korban ke rumahnya untuk menginap sementara bersama istrinya. 3 gadis itu tidak memiliki pakaian lain sehingga memakai pakaian minim bahan yang membuat para tetangga yang melihatnya bertatapan sinis. Hingga keesokan harinya mereka diberi salin dan diantar pulang.

Tapi tidak semudah itu, perubahan fisik yang amat drastis, ditambah trauma selama bertahun-tahun, belum lagi menghadapi lingkungan sosialnya membuat korban kena mentalnya. Sehingga harus diberi bimbingan lagi di yayasan.



Sungguh ada pelajaran luar biasa yang saya dapatkan hari itu. Ayah, Bunda, anak-anak kita butuh kasih sayang dan bimbingan keluarga disekitarnya. Jangan ajarkan anak untuk mengejar kebahagiaan dengan materi tapi ajarkan anak untuk selalu bersyukur. Jangan izinkan anak untuk bekerja di bawah umur dengan dalih membantu orang tua. Membantu orangtua boleh saja asal dalam pantauan kita bukan dilepas kepada orang lain terlebih anak yang masih usia sekolah. Ayah Bunda, Jangan pergi bekerja ke tempat yang tidak bisa melihat anakmu dalam waktu lama.

Sikap kita dan peran masyarakat mencegah Human Trafficking


✔ Motivasi murid untuk terus bersekolah

✔ Kerja sama dan beri pemahaman kepada orangtua murid agar anak tidak pekerjakan dibawah umur

✔ Edukasi anak murid tentang Human Trafficking

✔ Peduli teman, jika kamu mempunyai teman di sekolah apalagi temanmu sedang kesusahan. beritahu juga informasi tentang perdagangan orang.

✔ Selektif dalam memilih pekerjaan dan minta bantuan orang yang berpengaruh di kampung untuk dimintai pendapatnya

✔ Tidak sembarang merekomendasikan orang asing penyalur kerja

✔ Jangan selfish dalam mendidik anak sendiri. Silih asah, asih, rangkul anak tetangga yang sedang kesusahan, tidak memiliki orangtua atau orangtuanya berada di luar negeri.


Betapa beruntungnya kita, yang masih ada di dekapan suami yang melindungi kita, yang bertanggung jawab, betapa beruntungnya kita tumbuh sebagai remaja yang lengkap dengan keberadaan ayah ibu disisi. Betapa beruntungnya kita dengan pekerjaan kita yang kadang-kadang membuat kita jenuh atau tertekan. Betapa beruntungnya kita yang masih bisa bangun tidur dan melihat sekeliling masih baik-baik saja, tidak ada rasa takut atau tertekan di ancam orang.

Namun janganlah semua itu melegakan kita bahwa "yang penting saya tidak bernasib seperti itu" "bukan saya yang ngalamin" "untung-untungan tidak seperti itu" dll, lalu menjudge mereka dengan sok tahu. Mereka anak perempuan tentagga kita, mereka anak murid kita, mereka keponakan kita atau pun mereka anak kita sendiri. Ayo semua lapisan masyarakat bersama-sama dukung pencegahan trafficking. Dan jangan kucilkan korban trafficking. Rangkul bersama dan berdayakan mereka ke jalan yang benar.

14 comments:

  1. Human trfficking telah ada sejak manusia berinteraksi dengan sesama susah benar diberantas...😕

    ReplyDelete
  2. Perdagangan orang merupakan fenomena yang ada di masyarakat yang akan membuat hati menjadi miris.

    Sedih ya kasus perdagangan anak melanda anak bangsa. Kasus pedagang bukan hanya di jadikan pekerja di bawah umur tapi juga pekerja seks

    ReplyDelete
  3. Serem juga yaa perdagangan orang ini..dan masih banyak lagi prakteknya ...ya ampun...

    ReplyDelete
  4. Ikut miris bacanya...hiks!
    Memang ngomongin perempuan sebagai korban enggak akan ada habisnya...Apalagi perdagangan orang kebanyakan korban memang perempuan.
    Semoga kita semua makin peduli dengan masalah ini dengan menjalankan beberapa tips yang dituliskan di atas.
    Juga ikut menyiarkan kebaikan serta inspirasi di media sosial untuk kemajuan perempuan.

    ReplyDelete
  5. Duh, Mbak, baca ini sambil mbrebes mili. 😭
    Mirisnya, korban trafficking malah nggak jarang justru di-judge. Victim blaming masih sering terjadi , terutama pada perempuan.

    ReplyDelete
  6. Pengawasan dan saling peduli antar sesama sangat memungkinkan untuk mencegah adanya human traficking. nggak perlu takut bila melihat kejadian yang mencurigakan untuk langsung melapor kepada yang berwajib, agar tidak ada lagi hal seperti itu terjadi

    ReplyDelete
  7. aku sedih banget lho mbak tiap buka mesti kasus soal VA ngga di wa, fb, twitter instagram weiss semua pokoknya. apalagi kebanyakan kelanjutannya itu menilai wanita dengan nomin. kok kesannya jadi menjatuhkan wanita gitu ya..

    iya ini soal jual beli manusia kok ya tega tega banget gitu ada bisnis macam begini

    ReplyDelete
  8. Human trafficking ini ngeri banget :(
    Apalagi kalau sampai penculikan anak kecil dan organnya dijual :(
    Betul banget buat anak2 kita bekali dengan edukasi supaya gak mau jalan sama org asing ya mbak. Moga keluarga kita dilindungi ya mbak dr hal2 ini aamiin.

    ReplyDelete
  9. Serem banget kalau mendengar berita perdagangan orang. Apalagi kemaren-kemaren maraknya penjualan organ tubuh manusia ya.

    ReplyDelete
  10. Soal prostitusi memang dari dulunya gak pernah akan ada habisnya. Malah hal ini digadang2 jadi bisnis yg gak ada ruginya. Seminar soal human traffing memang perlu diperluas di indonesia terutama daerah kecil yg banyak ditargetkan orang2 dg judul mengajak bekerja ke luar negeri, taunya malah disalah gunakan ya mba bel.

    ReplyDelete
  11. Human traffiking ini yang harus diberantas, kadang saya miris kalau misal ada lagi pemberitaan prostitusi yang di sorot hanya perempuannya, sebel banget saya, padahal kan ada mucikari di belakangnya

    ReplyDelete
  12. ngeri banget ay, kadanag banyaknya karena kena tipu2

    ReplyDelete
  13. Sampai saat ini amandemen KUHPidana saja masih belum kelar, padahal sudah disusun dari tahun kapan. Semoga pemerintah kedepannya bisa lebih memfasilitasi pendidikan sampai lulus tingkat Sekolah Menengah Atas.
    Agar generasi mendatangi lebih memiliki cukup bekal ilmu dan keahlian untuk membuka lapangan usaha sendiri maupun bekerja.
    Sosialisasi tentang SMK menurut saya yang harus digiatkan sekarang.

    ReplyDelete
  14. Sedih ya kasus perdagangan anak melanda anak bangsa. Kasus pedagang bukan hanya di jadikan pekerja di bawah umur tapi juga pekerja s3ks

    ReplyDelete