Thursday, January 3, 2019

Pelajaran ke 4: Single, gak single, Kapok Pergi Keluar Sendirian Bawa-bawa Anak, Kecuali Hal yang Mendesak

 

Sore itu jam 4 kami berdua berangkat dari stasiun Bekasi timur menuju stasiun transit Jatinegara. Niat saya ingin menghibur akhdan pergi ke PRJ. Ya, memang kesorean karena ada halangan dari pagi sampai sore tadi, dan saya pun sudah janji sama akhdan. Sampai di stasiun Jatinegara kami makan dulu di Indomaret poin, sambil bercanda dan melihat lalu lalang kereta dengan perut kenyang siap untuk berpetualang. Namun, apesnya kereta tujuan ke stasiun kemayoran itu sangat lama datangnya, mungkin hampir 2 jam (saya baru tau karena tidak sering naik KRL Bogor lewat Jatinegara). Sampai magrib lewat, dan sukses membuat akhdan rewel menunggu, awan sudah gelap kami baru berangkat dari KRL dengan hape lowbet 😱 nekat sekali! (Pikiran orang nekat, masih ada 1001 cara)

Untung hape yang tinggal 8% ini masih bisa dipakai ngegojek walaupun pahitnya ada pilihan lain yaitu ngebajay. Waktu itu sampai di PRJ sudah hampir jam 8 malam. Perasaan takut kemalaman membuat mood berbelanja tidak tenang, yang akhirnya malah tidak menikmati tujuan kita. Tapi malah membawa mainan akhdan yang harganya, tetap saja dapet mahal?! Niatnya mau borong mainan murah. Okeh kita balik lagi pulang, dan kapok gak mau naik KRL jurusan Kemayoran saya memilih naik gojek (hape udah dicas, minjem charger sama orang warung di PRJ td, lumayan dapet 10%😆) langsung ke stasiun transit Jatinegara. Sampai di lokasi saya lihat jam 10 malam tepat!!!! Hati mulai gelisah saat melihat KRL lama datang, yang biasanya 10 menit selalu ada. Pas saya cek jadwal KRL di google, masaallah KRL ini yang terakhir dan sampai ke Stasiun Jatinegara jam 11 malam?! Sedangkan akhdan sudah terkantuk-kantuk. 😥 Panik, gelisah, takut, dan menyesal.

Singkat cerita sampai rumah jam 12 kurang. Untung tadi berangkatnya saya bawa motor yang dititipkan di stasiun Bekasi timur jadi tidak usah was was naik kendaraan umum malam-malam.

Memandangi akhdan tidur, sebenarnya terlintas kesedihan saya dan rasa penyesalan saya. "Oh tuhan, saya takut saya takut, saya kapok seperti ini lagi. Seharusnya tadi pulang saja pas magrib, seharusnya saya tidak mengajaknya keluar malam, memang seharusnya saya tidak keluar-keluar, mungkin salah jika saya bermaksud mengajaknya Ngebolang tapi tanpa perlindungan (seorang imam), sampai kapan saya menjadi single mother seperti ini, oh aku sungguh lelah, aku sebenarnya lelah pergi sendirian, aku sebenarnya sangat butuh perlindungan, aku tidak ingin berpergian sendirian atau pelesiran berduaan lagi dengan akhdan, aku tidak ingin menjadi mandiri lagi"


Jika diingat-ingat lagi berpergian sendiri sudah menjadi kebiasaan saya saat kecil. Sejak usia sekolah SD kelas 1 yakni 5 tahun saya sudah terbiasa jalan kaki ke sekolah sendiri, main ke setiap rumah teman kadang sendiri atau beramai-ramai. Bosan di rumah main keluar sendiri. Apalagi main ke pasar yang letaknya sangat dekat dari rumah itupun setiap keluar main tidak pernah dicariin orangtua, yang penting hari itu saya pulang dengan selamat. Membuat saya hobi berpetualang.

Ini karena kedua orangtuanya saya sibuk berjualan di toko. Dulu saya sering heran sama teman saya, waktu itu kita kelas 2 SD yang hanya ke warung depan saja ia minta antar, sampai SMA pun kebiasaan minta Anter ke pasar yang sangat dekat saja masih begitu, saya menganggap ia anak manja karena menyusahkan.

Berpergian sendiri masih saya lakukan ketika sudah menikah. Kebetulan mendapatkan suami yang selalu sulit jika dimintai antar istri. Tau sendiri keperluan istri keluar mengutus domestik rumah banyak. Contohnya, ke pasar, ke bank, bolak balik urus surat pindah, kelurahan, bayar pajak, dll.

Dulu perinsip saya tidak mau merepotkan suami. Saya memilih pergi sendiri daripada ribut. Saya terbiasa pergi sendiri memenuhi kebutuhan keluarga maupun pribadi. Dari saat hamil, terbiasa berjalan sambil menggendong akhdan yg masih bayi. Kadang sering terlintas dipikirkan saya "saya ingin diantar-antar sama suami" "saya ingin kemana-mana berduaan sama suami". Tapi tidak semudah itu Ferguso, ferdiso, atau apalah!

Apalagi melihat pasangan lain yang saya anggap manja kemana-mana minta antar suami, menyusahkan suami dan tidak mandiri. Dan itu berlalu sampai sangat lama sampai akhdan berusia 5 tahun. Kebiasaan kami berdua (saya bawa anak) pergi mengurus sesuatu.

Gimana perasaan suami?
Ya dia sangat terbantu dengan kemandirian ku keluar mengurus sesuatu

Tidak kah itu capek, membawa anak kadang keluar kota hanya berdua naik bisa jurusan Cirebon yang supirnya mayoritas tukang ngebut ala racing?

Sering saya sedih, sering saya takut, tapi tidak ada gunanya meminta memaksa hanya timbul percekcokan yang ingin saya hindari (kurangnya komunikasi lebih suka memendam itu tidak baik ya teman)

Tapi itu semua sudah berlalu. Kebiasaan pergi sendiri saya sekarang saya maklumi karena sekarang saya ibu tunggal.

Perasaan takut keluar sendiri lebih besar daripada saat masih menjadi istri dulu. Saya takut ada hal yang buruk terjadi.

Saya sering membaca hadits perempuan tidak boleh keluar rumah jika tidak ada urusan genting, perempuan bisa menimbulkan fitnah jika keluar rumah. Sekarang siapa yang melindungi saya? Dan tidak alasan untuk saya stay di rumah karena sekarang peran saya juga menjadi ayah.

Saya seorang janda yang mau tidak mau ikhtiar keluar demi kebutuhan anak. Saya anggap ini keadaan genting itu. Dan berharap dalam hati, semoga Allah mempertemukan jodoh yang baik untukku dan ayah yang baik untuk anak-anakku sehingga aku tidak perlu keluar lagi.

Dari semua perjalanan itu, pengalaman itu, perasaan itu. Saya memutuskan untuk tidak keluar rumah lagi bersama akhdan kecuali itu hal yang genting. Kecuali itu mengajaknya sholat berjamaah ke masjid, lagi-lagi ini genting meskipun saya tahu perempuan lebih baik pahalanya solat di rumah namun terpaksa saya jadi ayah yang dituntut setelah usia 7 tahun akhdan harus bisa sholat ke masjid.

Meskipun akhdan pasti nanti akan merasa bosan bermain di sekitar rumah. Kalo pun ada keperluan mendesak pun saya harus pergi sendiri tidak dengan anak. Baru kali ini yang pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa kapok berpergian sendirian maupun bawa anak. Mungkin sudah jenuh, lelah, takut, entahlah.





1 comment:

  1. Wah mam. Aku merinding bacanya. Aku pernah event bawa erysha pulang malam. Waktu itu jam 7 malam aku masih di tempat event dan baru mu pulang. Udah bikin aku deg2an stengah mati hahahha. Soalnya ga punya siapa2 buat ngelindungin terus takut Erysha keujanan juga dan aku ga tau kota jakarta hahaha. Jd bener2 berdoa mulu. Jadi aku buru2 psen gojeg dan jalan cepet2 smbil gendong erysha yg lagi tdur. Trus smbil diliatin orang2 hahaha. Maklum emaknya mungil anaknya ndut hihihi. Krna lari-lari smpe hampir salah naik kereta. Klo prgi sndiri aku brani. Tpi klo bwa anak ada beban mental hihihi. Sjak itu aku mutusim nggak akan bwa anak klo eventnya sore2 bgtu, trus smp rumah nggak diijinin lagi ama paksu bwa erysha event sore2 wkwkwk. Oh ya mom jangan khawatir ya aku juga kemana2 suka prgi sndiri. Karna kita blum punya kendaraan wkwkwkwk ��

    ReplyDelete