Saturday, December 31, 2016

Sewa Rumah atau Ikut Mertua?


Perjalanan kehidupan itu tidak selalu lancar setelah menikah, salah satunya dalam memilih tempat tinggal dan tidak semua pasangan suami istri memiliki rumah sendiri. ada yang sewa rumah atau mengontrak, ada juga yang ikut orangtua.

Kalo Boleh Memilih, Pilih Ngontrak atau Ikut Mertua?
Sebenarnya ngontrak itu bukan pilihan ya temans, siapa sih yang tidak pingin memiliki rumah sendiri?? semua pasangan pasti ingin memiliki rumah sendiri.

Kecuali, dalam situasi tertentu seperti lokasi tempat kerja suami yang jauh, mungkin pilihannya mengontrak. atau orangtua hidup seorang diri dan tinggal kita anak bontot satu-satunya lebih baik kita tetap tinggal dengan orangtua atau mertua.

Tapi bagaimana jika ikut mertua hanya bikin kusut kepala?
Mungkin citra mertua sudah tidak bagus di mata menantu, he he. yups, tidak sedikit menantu yang berurusan dengan mertua atau bahasa simple nya "cekcok". Sebenarnya itu adalah hal yang wajar loh, karena memang tidak ada manusia yang sempurana.

tapi, jangan sampai berlarut-larut ya, apalagi sampai memutuskan tali silahturahmi, ga mau kan dapat dosa besar? meskipun menurut kita, kita itu benar. Jangan pernah lakulan itu!

Bagaimanapun juga mertua itu adalah orangtua dari pasangan hidup kita, mereka yang melahirkan dan mendidik anak-anaknya sampai bisa menjadi pilihan hati kita. tapi jika situasi nya hanya memperparah keadaan, saran saya lebih baik pisah atap dengan cara baik-baik.

Pengalaman pribadi
Setelah menikah, sudah hampir 4 tahun saya ikut mertua atau bolak balik ke rumah orangtua. memang benar yang banyak di katakan semua orang, mertua itu "bawel, ikut campur, dan bla bla sebagainya" lantas bagaimana saya menghadapinya? jangan bayangkan saya orang yang bijaksana karena menulis artikel ini, saya juga sama sedang banyak belajar tentang lika-liku kehidupan, makannya saya ingin berbagi pengalaman kepada kalian.
okey, next.....
saya juga pernah selisih paham, menangis di kamar, marah, dan stres. selama itu bertahan saya banyak menikmati itu semua dengan efek makan ati, hehe.

Apakah saya dendam?
Enggaklah, bagaimanapun juga ia adalah orangtua suami saya, anaknya adalah ayah dari anak-anak saya, orang yang menafkahkan saya, ia melahirkan anak yang bertanggung jawab atas dosa saya dan anak perempuan saya kelak. saya mengobati situasi ini dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, banyak berpikir positive karena sejatinya tidak ada orangtua yang tidak sayang dengan anaknya, dan ini caranya menujukan kasih sayangnya dengan perhatian yang kita sebut "bawel" dengan nasehat dan didikan yang kita sebut "ikut campur". yups semua tergantung cara kita menghadapi nya, ada menantu yang pinter ambil hati mertua, ada juga menantu yang keras kepala atau menantu yang pengertian.

Alhamdulilah sekarang saya dan suami sudah pindah dari rumah orangtuanya, letaknya juga tidak jauh dari rumah mertua alias masih satu kecamatan. karena memang disana anak-anaknya cukup banyak dan tidak muat kamar, hehe. alhamdulilah lebih tentram euy, meskipun masih mengontak.

intinya,
  • Jika ingin pisah tempat tinggal, mintalah restu orangtua atau mertua. jangan sampai pilihan kita pisah dari orangtua/mertua itu karena percekcokan, mintalah restu mereka in sha allah rumah tangga sakinah, mawaddah, warohmah.

  • Jangan lupa tetap silahturahmi, jangan mentang2 kita sudah pisah dari mertua, "horee bebas" ga nongol-nongol lagi deh semenjak itu. jangan ya, bagaimanapun kita masih membutuhkan mereka dan menjaga ikatan silahturahmi itu sangat penting. seperti saya bilang tadi jika ingin pisah mintalah restu, baik-baik bukan karena percekcokan yang menyebabkan renggangnya silahturahmi.

  • Belajar mandiri jangan selalu mengandalkan orangtua, kalo sudah berumah tangga memang kita harus mandiri, semua kebutuhan pokok kita tanggung sendiri. kalo bisa tanggungan orangtua juga yang rumahnya kita tumpangi, jangan mentang2 kita numpang kebutuhan pokok masih orangtua yang biayain, malu dong.

Baiklah sekian dulu artikelnya, karena mepet dengan jam masak emak-emak. yang baca semoga dapet rumah sendiri, yang masih numpang sabar aja saya doain semoga cepet kebeli rumah, aamin.

Bagaimana pilihan kamu?

Monday, December 19, 2016

Bersama, kita hentikan Kekerasan pada Anak dan Perempuan


Beberapa tahun yang lalu tepatnya tahun 2014 saya menaiki bus dari Bekasi menuju Indramayu berdua dengan anak saya yang masih balita. waktu itu keadaan penumpang cukup sepi, mungkin hanya 5 baris dari depan yang terisi penuh. selebihnya di belakang kosong melompong. saya duduk di paling belakang barisan ke 5. pada barisan tempat duduk yang sejajar dengan saya ada laki-laki dan perempuan, sepertinya mereka pasangan entah pasturi atau pacar, dari wajahnya mereka masih sangat muda sekitar 20 tahunan.

Tidak lama duduk menikmati perjalanan, terdengar suara gaduh yang menarik perhatian saya sepertinya pasangan itu sedang bertengkar. laki-laki itu berbicara dengan kata-kata kasar, membentak, dan memaki si perempuannya. saya mulai khawatir terjadi sesuatu, dan semakin khawatir karena pasangan itu pindah ke tempat duduk paling belakang.

Suara gaduh itu tidak berhenti sampai disitu, disusul dengan suara benda jatuh. ya allah saya mulai ketakutan. anehnya orang seisi bus tidak ada yang peka, sampai akhirnya tas dan botol minum si wanita terlempar sampai ke bawah kaki saya, saya berusaha mengembalikan minuman tersebut, saya perhatikan wanita itu tersenyum dengan terpaksa menahan malu.

Semakin tidak tahan akhirnya saya mengambil sikap, dengan berani saya mencoba meminta bantuan kepada penumpang yang duduk di depan saya. seorang laki-laki antara usia 30 atau 40an.

" Pak, tolongin itu ada yang sedang bertengkar di belakang, tolong pak"

Saya tidak menyangka bahwa sikap yang sudah saya anggap benar malah tidak mendapat dukungan dari penumpang yang lain. membuat saya patah naluri untuk memihak si perempuan itu.

"Biarkan saja bu, itu urusan mereka."

saya kaget sekali mendengar respon itu. semua penumpang di bus tahu, mereka mendengar tapi mereka semua mengabaikannya dengan alasan "masalah pribadi". yang saya sesalkan sejak tidak ada penumpang yang sepemikiran dengan saya, nyali saya menjadi ciut untuk menegur pasangan itu terutama rasa ingin melabrak laki-laki kasar itu. Jika mengingat kejadian itu sampai sekarang pun saya masih menyesal. karena diam menutup mata dan kuping. mungkin beda lagi ceritanya jika terjadi sesuatu yang parah pada si perempuan itu penumpang baru akan geger.

Cerita di atas merupakan salah satu kekerasan terhadap perempuan di tempat umum. mungkin kalian juga pernah mendengar atau melihat kejadian seperti di atas. tapi bingung harus melakukan apa karena tidak sedikit orang yang berpendapat "bukan urusan saya" atau "masalah pribadi orang itu" jika melihat kekerasan verbal maupun non verbal ada di lingkungan kita. jika sudah terlanjur menjadi 'parah' baru kita berbondong-bondong mengucapkan keprihatinan. rasanya pingin ngomong "woy kemana aja lo!"

***
Oleh karena itu, sebagai rasa bersalah saya atas sikap di dalam cerita tersebut, saya ingin menulis edukasi dalam mencegah kekerasan yang ada di sekitar kita termasuk mengajak pembaca untuk saling mengingatkan. Tindak kejahatan pada perempuan & anak-anak dapat berupa, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), penganiyayaan, pelecehan seksual, penculikan, pembunuhan dan perdagangan. 
kondisi ekonomi yang mengakibatkan pertengkaran dalam keluarga,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/unikdl/stop-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak_584d18b86c7e61596611c847KDRT (Kekerasan dalam Rumah TanggPerdagangan orangPenganiyayan

Cara-cara tersebut diantaranya: Menggunakan ancaman atau paksaan dan bentuk-bentuk lain seperti bujuk rayu, penipuan, penculikan, penganiyayaan hingga pembunuhan.


Siapakah yang Rentan Menjadi Korban Kekerasan ?
  • Keluarga yang hidup di bawah tekanan ekonomi
  • Seorang anak  yang orangtuanya kecanduan minuman keras atau narkotika
  • Seseorang yang dari rantau dan hidup miskin di kota 
  •  Anak  yang mendapat pendidikan sangat terbatas atau tidak sama sekali
  • Mereka yang hidup di jalanan
  • Anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya (broken home)
  • Anak yang menjadi korban kekerasaan seksual/perkosaan
  • Anak yang putus sekolah dan ingin bekerja 
  •  Anak yang di buang dan tidak memiliki keluarga dengan tidak memiliki dokumen/akta kelahiran
  • Mereka yang ditinggal atau tanpa kehadiran orangtua

Peran Masyarakat di dalam Pencegahan dan Penaganan Kasus Kekerasan terhadap perempuan dan Anak
  • Masyarakat dapat mengambil tindakan pencegahan melalui penyebaran informasi / bimbingan pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak
  • Masyarakat dapat membentuk Yayasan, Lembaga, atau Organisasi  lainnya, seperti adanya seminar/kampanye untuk membantu pencegahan kekerasan dan informasi tentang pemberdayaan prempuan
  • Melaporkan kasus-kasus kekerasan atau eksploitasi anak kepada pihak aparat penegak hukum
  • Membantu proses rehabilitasi korban kekerasan fisik/seksual dengan memperlakukan mereka seperti anak lainnya, tidak menghukum, mengucilkan atau menjauhi korban
  • Masyarakat harus  peduli, cepat, tanggap dan cerdas dengan masalah di sekitar bila adanya tetangga / masyarakat yang mengalami atau melakukan tindakan kekerasan

Peran Keluarga di dalam Pencegahan Kekerasan 
  •  Mulailah dari keluarga sendiri untuk mencegah menjadi pelaku atau korban dengan menjaga komunikasi yang baik, pemahaman ilmu agama, pendidikan moral
    mulailah dari keluarga sendiri untuk mencegah menjadi korban dengan menjaga komunikasi yang baik, saling membantu/sharing, pemahaman ilmu agama yang baik, pendidikan moral

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bellaagmia/mari-kita-selamatkan-generasi-bangsa-stop-kekerasan-pada-perempuan-dan-anak_5856f823e422bde9184422e3
  • Jangan takut untuk bicara! Jika terjadi pada diri sendiri jangan takut untuk bicara/ mengadu agar korban tidak semakin meluas atau memperparah keadaan
  • Mencegah teman disekitar menjadi korban kekerasan dengan aksi cepat tanggap dan peduli
  • Melakukan kampanye bahaya kekerasan di lingkungan  
  • Menjadi konselor sebaya
  • Mengenali kasus perdagangan anak yang terjadi dan melaporkan kasus tersebut kepada pihak terkait (guru, orang tua,kepala RT/RW dan bahkan sampai kepada kepolisian)

Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak sering berupa : Pemerkosaan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Perdagangan perempuan atau anak Pelecehan seksual Penculikan Penganiayaan Perampokan Pembunuhan dan lain-lain

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/unikdl/stop-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak_584d18b86c7e61596611c847
Peran Negara Didalam Pencegahan dan Penanganan Kasus Kekerasan terhadap perempuan dan Anak
    •  Negara harus mengambil semua langkah legislatif, administratif dan lainnya untuk melindungi dan membantu para korban.
    • Negara harus mengambil hukuman tegas / berat. terutama pada kekerasan seksual /fisik agar pelaku jera
    • Negara harus mengambil tindakan positif untuk memerangi kekerasan pada anak, melindungi dan membantu anak atau perempuan yang mengalami kekerasan fisik/seksual.
    “Marilah kita bersama menjaga perempuan serta anak yang ada di sekitar kita, anak merupakan generasi penerus bangsa dan menyelamatkan satu perempuan sama dengan menyelamatkan satu bangsa."

    Three Ends KPPPA
    Dalam hal ini pemerintah melalui Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyerukan gerakan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang serta mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan dengan program Three Ends.

    Three Ends tersebut adalah End Violence Against Women and Children (akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak), End Human Trafficking (akhiri perdagangan manusia) dan End Barriers To Economic Justice (akhiri kesenjangan ekonomi).

    Seandainya semua orang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, semua lapisan masyarakat ikut mendukung dan memperkuat kesetaraan gender serta pemberdayaan ekonomi perempuan, ini bisa menjadi pencegahan terjadinya kekerasan baik dalam rumah tangga maupun terhadap perempuan dan anak, serta mencegah terjadinya kasus perdagangan orang.

    Kontak pengaduan
    Indonesia ACT
    Jalan Kalibata Utara I No. 32, Jakarta Selatan 12740
    Telpon      : +62 217997036
    Email        : indonesia.act@gmail.com
    Fb: www.facebook.com/indonesiaACT/
    Website.  : www.indoact.org

    Ayo, kita cegah dan hentikan!
    Dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita.







    Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kekerasan terhadap perempuan dan anak makin meningkat? Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyerukan gerakan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang serta mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan yang disebut dengan program Three Ends. Program Three Ends mengajak seluruh unsur, baik dari keluarga, pemerintah, akademisi, praktisi, dan bahkan media termasuk blogger untuk tidak melakukan pembiaran atau bahkan ikut melakukan kekerasan secara terselubung

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kompasiana/blog-competition-bersama-mengakhiri-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak_58466b7ebc937323048b45

    Thursday, December 8, 2016

    Pengalamanku Ketika Melahirkan Anak Pertama

    Sudah lima tahun lamanya saya melahirkan si sulung. jika diingat-ingat saya masih ingat betul rasanya proses melahirkan itu seperti apa. baiklah saya akan tuang pengalaman ini di sini, mengenang rasanya pertama kali menjadi seorang ibu. 

    1 Bulan Sebelum Melahirkan
    Seperti biasanya saya olahraga jalan kaki di sekitar rumah (waktu  itu saya masih ikut mertua) tiba-tiba perut bagian bawah saya dan tulang selangkangan sakit sekali seperti rahim turun drastis, rasanya berat tiba-tiba. apa mungkin karena saya berjalan terlalu cepat. saya istirahat sejenak dan tidak bisa berdiri saya jongkok beberapa saat, lalu jalan lagi. waktu itu saya takut sekali melahirkan, takut kelahiran anak saya prematur.

    kaki terpelintir setiap mau meluruskan badan setelah bangun tidur, sakitnya luar biasa sampai tidak bisa digerakan sama sekali, jeda beberapa menit mulai lancar digerakin. ini terjadi setiap 2 hari sekali pas hamil tua, ga tau kenapa.

    Saya melakukan pemeriksaan USG tahap terakhir diantar dengan mamah saya, di klinik. Dokter bilang calon anak saya laki-laki dan perkiraan kelahiran tanggal 01 Januari 2013 dengan keadaan sehat, biaya USG saat itu 100rb. seneng banget dengernya, pulang dari bidan saya dan mamah langsung shopping perlengkapan bayi yang di dominasi warna biru karena anak saya nanti adalah laki-laki, untuk nama saya sudah mempersiapkannya namanya "Muhammad Al-faath".

    Sambil menunggu HPL saya berusaha mencoba kegiatan positive selama kehamilan. seperti banyak membaca informasi tentang pertumbuhan janin minggu ke minggu. beruntungnya kaki saya tidak bengkak selama hamil, selalau melakukan senam hamil, olahraga jalan kaki setiap pagi, sampai stimulasi payudara. alhamdulilah banyaknya suporrt dari keluarga bahwa persalinan saya bisa normal.

    1 Minggu Sebelum Melahirkan
    Keluarnya cairan bening dari miss v, lumayan banyak tapi tidak dsertai kontraksi. karena panik mamah menyuruh saya periksa ke bidan. ketika dicek "belum ada pembukaan" ini berarti masih normal. saya mulai bingung karena minggu ini adalah perkiraan kelahiran anak saya. menurut informasi yang saya baca kehamilan lewat 42 minggu tidak bagus, sedangkan minggu ini sudah 41 minggu lebih 1 minggu dari HPL dan saya mulai takut jika harus diinduksi. saya mulai rajin stimulasi payudara memancing kontraksi.


    Tepat 42 Minggu

    1 Hari Sebelum Melahirkan
    Pagi itu cairan kental bening keluar lagi, disertai sedikit bercak darah. saya pikir ini hal biasa sama seperti seminggu yang lalu. malam itu pukul 21.00 sambil menunggu suami pulang kerja, saya membaringakan badan saya merasa capek sekali dan ingin cepat tidur, selang beberapa menit saya terbangun karena perut saya sakit, padahal saat itu sedang pulesnya. saya belum terpikir ini tanda kontraksi karena kata orang mulesnya itu seperti orang pengen 'BAB'. tapi yang saya rasakan sakit seperti mensturasi.

    Sekitar Pukul 12 malam lagi-lagi saya di bangunin oleh si sakit perut. saya coba BAB tapi ini bukan mules BAB, akhirnya saya gelisah. jam 01 malam saya benar2 merasakan lelah dan ngantuk yang amat sangat tapi si sakit terus mengganggu saya sampai akhirnya "duuugggk" di dalam perut saya seperti ada yang menendang/meledak yang sakitnya luar biasa. saya mulai membangunkan suami disitu belum engeh-engeh kalo itu kontraksi.

    Jam 02 Pagi
    Saya mulai melihat ke arah jam, menghitung jeda kontraksi saya dan yupss kontraksi saya teratur, pertama 1jam berselang ke menit, sampai setiap 45 detik sakit dengan jeda 10 menit.
    "apakah ini tandanya saya ingin melahirkan, tapi saya tidak mulas seperti BAB?"
    saya masih keliru dengan pernyataan "melahirkan itu mulasnya seperti BAB" harusnya gini " melahirkan itu kontraksinya seperti haid, tapi pas berojolin bayi mulesnya kaya BAB" hehehe.

    Lalu saya di antar mamah ke Bidan [suami lagi tidur, tepok jidat maklum mungkin capek pulang kerja] gedor2 pintu, bangunin perawat. ternyata benar pas diperiksa jam 02 pagi itu sudah pembukaan 2. saya dan mamah pulang lagi, rencananya besok pagi balik lagi, mata saya mulai ngantuk luar biasa tapi baru merem sebentar, kontraksi itu datang lagi. sampai untuk jalan pun susah, padahal baru pembukaan 2.

    Jam 06 Pagi
    Semua sudah saya persiapkan mulai dari membawa pakaian bayi, pembalut, sarapan, sedia air mineral dengan tampilan saya saat itu belom mandi, belum tidur, dan pucet sekali. udah ga mikirin penampilan lagi deh! [padahal beberapa hari sebelumnya sudah persiapan bawa ponds, haha].

    Sampai disana bu haji atau bidan senior yang juga cs mamah saya, harus bertugas ke puskesmas jadi sementara saya di tangani asisten bidan, disitu saya merasa sedih karena kami percaya bu bidan ini orangnya sabar gesit dan pro normal, hehe.

    Proses dimulai
    Jam 08 Pagi. banyak darah mulai keluar dari V,  saya sudah tidak kuat berdiri lg padahal baru pembukaan 4. akhirnya saya berbaring di tempat tidur. sebelumnya harus pipis dan BAB dulu di toilet yang sudah di sediakan. karena tiap menit minum pokari terus, jadi pingin kencing trus.

    Saya udah ga mau tau sedang pembukaan berapa atau apa saja benda yang di masukin ke dalam V saya. saking sakitnya saat kontraksi saya tidak memperdulikan itu yang penting anak saya cepat keluar.

    Meskipun sakit saya sangat antusias menanti buah hati, menikmati rasa sakitnya karena hanya tinggal beberapa jam lagi saya bisa melihat anak saya sendiri. staf bidan membantu menyiapkan pakaian bayi, suami selalu mencium kening saya, mengenggam tangan, mamah setia mendampingi saya sambil mengingatkan zikir dan doa-doa yang dipanjatkan.

    Masalah Muncul
    Sudah hampir dzuhur tapi bayi saya belum kunjung keluar, karena hanya kontraksi tidak ada rasa mulas. assistan bidan mulai panik. semua penyelamatan dikerah kan mulai dari oksigen, infusan. para bidan PKL yang lalu lalang karena infusan selalu lepas & oksigen tidak terpasang benar, parahnya denyut jantung baby mulai lemah. padahal sudah setengah di jalan lahir, tapi saat itu saya masih optimis dan berusaha mengeluarkan anak saya.

    Tetapi assisten bidan bilang bahwa anak saya jantungnya melemah karena terlalu lama di jalan lahir, ini tidak baik harus segera di bawa ke RS untuk di vacum. saya langsung menangis, bukan karena sakit tapi mendengar "jantung baby terdengar lemah" membayangkan berapa lama perjalanan untuk ke RS, itu pasti sekitar 1 jam "apakah anakku akan bertahan?" keadaan mulai panik.

    Jam 13.00 wib, Senin 07 Januari 2013
    Akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga. terdengar suara telpon dari bidan senior untuk segera pulang menanganiku, aku masih ingat suaranya yang langsung membuat hatiku tenang "tidak usah di bawa ke RS".

    Bu Bidan membantu persalinanku, mengganti infusan dan oksigen yang berantakan, mengajari aku mengejan sambil mendorong perut dan akhirnya berhasil. saya mendengar tangisan bayi, alhamdulilah.

    lalu berlangsung ke proses pengambilan ari-ari disusul penjahitan. ayahnya membisikan adzan dan memberinya nama Akhdan Alfath Baihaqi. hari perjuangan itu kini telah terbayar dengan apa yang ku dapatkan sekarang, seorang bayi yang sehat, cerdas dan selamat.

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    TRIMAKASIH ya ALLAH, telah menyelamatkan anak ku dan masih memberikan saya umur panjang
    merasakan kesempatan  berjihad melalui proses ini.
    TRIMAKASIH kepada MAMAH & BAPAK,
    TRIMAKASIH untuk Suamiku
    TRIMAKASIH kepada segenap staf Bidan
    TRIMAKASIH untuk MERTUA ku dan KAKAK IPAR yang menjenguk
    TRIMAKSIH untuk sahabat, saudara, tetangga yang udah mau nyediain waktu dan hadiahnya untuk saya dan anak saya.

    Inilah yang dulu ibu kalian rasakan, ketika melahirkan kita dan sekarang kita merasakannya. perbanyak istigfar, silahturahmi, mintalah doa kepada orangtua dan mertua, tetangga atau sahabat agar persalinan kita lancar.


    Ada beberapa Tips yang sudah saya rangkum untuk bunda yang sedang mempersiapkan kelahiran anak pertamanya, 
    1. Perbanyak informasi tentang persalinan, termasuk mempersiapkan biayanya, tempat persalinan dan alternatif rumah sakit jika terjadi apa-apa, kendaraan mobil
    2. Ikuti kelas ibu hamil dan melakukan senam hamil rutin
    3. Kalau bisa cari bu Bidan yang sudah senior karena lebih berpengalaman (hanya saran) 
    4. Ikuti setiap intruksi dari Bidan
    5. Paling penting seringlah menarik nafas panjang, minum air putih dan dzikir
    6. Tetap tenang menahan sakit, karena kalau teriak/menangis justru tambah sakit 
    7. Belajar latihan mengejan sesuai intruksi bidan
    Perlu di ingat setiap individu berbeda-beda dalam mengalami proses persalinan. cerita ini hanya sekedar sharing. 


    Mam bisa mampir ke vlog diary kehamilan kedua ku di AGMIA DAILY jangan lupa subscribe ya 😊


    Semoga Bermanfaat! 

    Wednesday, December 7, 2016

    Anak Tumbuh Menjadi Nakal? Intropeksi Cara Mendidiknya


    Tidak ada orang tua yang ingin anaknya nakal, memliliki anak yang soleh dan soleha adalah impian semua orang. lantas bagaimana dengan anak yang nakal atau pembangkang? padahal kita sudah berusaha maksimal mendidiknya.

    Jika anak berubah menjadi nakal, jangan langsung menyalahkannya atau orang lain tapi dimulai dari  intropeksi 'diri sendiri' dulu, apakah selama ini sudah benar cara mendidiknya? jangan-jangan, kita justru keliru. tak jarang orang tua merasa benar tapi justru salah, meskipun yang kita lakukan semata-mata untuk kebaikan anak. tapi jangan sampai jadi 'salah didik'.

    Allah berfirman:
    إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
    “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At Taghabun: 15)

    Anak juga menjadi cobaan hidup bagi orangtuanya. Sehingga orangtua diminta agar berhati-hati. Keindahan itu tidak boleh melalaikan kita dari tugas para orangtua menjadi hamba Allah yang baik.

    Berikut, beberapa kesalahan yang dapat kita jadikan intropeksi dini,

    1. Ketika 'membuatnya' Sudahkah Membaca DOA Berjima? 
    Kita sering lupa atau malah menagnggap doa ini sepele. padahal doa ini melindungi 'bakal calon anak kita' dari campur tangan Syaitan ketika kita berjima / berhubungan intim.

    2. Bonding sejak Dalam Kandungan
    Ikatan batin orangtua sejatinya sangat kuat. dimulai sejak dalam kandungan orangtua bisa berintraksi dengan buah hati. menumbuhkan rasa nyaman sejak dini agar ketika besar ia tetap percaya dan dekat dengan orangtuanya.

    3. Ajarkan Ilmu Tauhid pada Anak Sedari Kecil
    Mengajarkan tauhid kepada anak, seperti ikut pengajian, pendidikan madrasah atau memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah, misalnya tentang matahari, bulan, bintang, malam, siang dan hujan. karena setiap manusia itu sendiri berada diatas fitrahnya yaitu mentauhidkan Allah Azza wa Jalla.

    Sebagaimana hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
    كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
    Setiap anak dilahirkan diatas fitrah (mentauhidkan Allah) kemudian kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi,  Nashrani atau Majusi.”
    artinya anak itu bagaimana orangtuanya,

    Anak yang sedari kecil sudah kita bekali dengan benteng iman yang kuat, insaallah akan cerdas memilih pergaulan. inti nya, pelajaran untuk orangtua dalam mendidik anak adalah dengan membekali anak dengan "benteng iman yang kuat" dan  dimulai dari orangtuanya sendiri.


    4. Ucapan Orangtua yang Makbul dan Doa nya Diijabah
    Tidak jarang anak-anak sering membuat para orangtua kesal. ada kala nya ia menangis, merengek, atau berulah disaat yang tidak tepat, sehingga membuat mulut kita tidak terkontrol emosi, sampai kata-kata kasar dan sumpah serapah kita lontarkan. meskipun kita khilaf atau tidak bermaksud serius bisa jadi ucapan kita malah menjadi doa.

    hati-hati juga dengan kebiasaan ucapan meledek (meskipun hanya bercanda) dengan kata-kata jelek, seperti si malas, si oneng, si cengeng, si tukang ngibul, dll. lebih baik hentikan kebiasaan ini, biasakan lah berkata yang baik-baik kepada anak. sugesti orangtua kepada anak biasanya menjadi kenyataan.

    5. Perhatikan Pergaulannya
    Pergaulan ikut menentukan pembetukan jati dirinya nanti. fase ini terjadi saat anak kita remaja. Teman sepergaulanya yang tidak baik bisa pengaruh jelek, akan berimbas pada perilaku dan akhlak anak.  sebisa mungkin perbanyak komunikasi dengan mendekatkannya kepada keluarga. contoh hal kecilnya seperti, sharing / bercerita tentang pengalaman parents ketika seusia mereka. perbanyak kegiatan anak bersama sang ayah atau kakeknya (sosok laki-laki sebagai orang tuanya/panutannya).

    Ketika remaja didikan dari seorang ayah sangat berpengaruh dibanding ibunya. untuk itu sejak kecil diperlukannya bonding antara anak dan ayahnya. seperti melakukan kegiatan bersama, mengajak sholat berjamaah di masjid, melakukan aktifitas olahrga, main bola, memancing, membantu bercocok tanam atau mencuci mobil bersama.

    6. Kebiasaan Buruk Orangtua & Lingkungan yang Tidak Baik

    Buah tidak akan jauh dari pohonnya,
    Kita yang menanam kita pula yang menuai,

    Seorang anak belajar dari lingkungannya dan dimulai dari keluarganya. ada beberapa kebiasaan jelek orangtua yang tanpa disadari telah memberikan contoh yang salah kepada anak.

    Kebiasaan berbohong
    Sejak anak masih kecil kita sering membohonginya. contohnya dengan mengiming-ngiming sesuaatu agar ia berhenti menangis tetapi yang kita janjikan tidak pernah ditepati. hal yang sepele yang mudah kita lupa tapi berdampak besar untuk anak. ketika besar ia cendrung terbiasa berbohong kepada orangtuanya, karena bukan hal yang aneh lagi baginya

    Lingkungan yang tidak baik
    Kita sudah berusaha menerapkan hidup tauladan yang baik, tapi tidak didukung dengan lingkungan. lingkungan yang tidak baik itu seperti seperti lingkungan maksiat, banyaknya kumpul-kumpul penjudi / miras, orang-orang yang berbicara dengan kebiasaan kata-kata kotor, tetangga yang tiap hari bergosip dan sebagainya. kalo sudah begini lebih baik pindah.

    Pengaruh Gadget yang Buruk
    Zaman now oarantua, anak udah biasa sibuk sendiri sama gadget, merasa orantua sibuk sendiri sang anak pun ikutan maen gadget. Parents, pasti sudah tahu ada banyak sisi positive dari perkembangan teknologi era digital ini. tapi, kalau anak-anak belum paham betul "mana yang baik atau yang tidak baik" jadi selalu dampingi mereka saat nonton tivi, main hape atau game dan berilah jatah waktu saat bermain gadget.

    7. Terlalu Memanjakannya
    Sebagai Orangtua kita tidak boleh berpikir "jangan sampai anak kita mengalami kesusahan seperti apa yang kita alami dulu" sehingga kebutuhan dan keinginannya selalu kita penuhi, berharap si anak selalu bahagia. justru sikap inilah yang nantinya membuat ia tidak siap jika cobaan datang menghampirinya. ia tidak mau belajar dari kesusahan, selalu mengandalkan orangtua dan menyusahkan kita saat besar nanti alias sulit mandiri.

    "ada banyak keinginan yang ingin kita raih tetapi tidak semua 
     bisa dapatkan jadi, bersabarlah wahai anakku"

    Pelajaran, kepahitan dalam hidup itulah yang membuat kita belajar banyak hal. percayalah tidak ada orang sukses yang langsung berjaya. mereka semua mengalami prosesnya, proses masa sulit dan jatuh bangun.

    8. Nafkah Haram
    Rezeki yang didapatkan dengan cara haram tidak akan berkah, termasuk nafkah yang dihasilkan dari perbuatan haram secara tidak langsung akan mendarah daging serta mempengaruhi perkembangan psikologi anak dan keluarga. berdagang dan bekerjalah dengan jujur dan amanah.

    9. Kekerasan Pada Anak

    "Belajarlah memahami perasaan anak, bukan anak yang kamu paksa untuk belajar memahamimu"

    Prilaku orang tua yang buruk seperti kekerasan kepada anak, seringnya berkata kasar sehingga menimbulkan trauma ketika dewasa. jika orangtua bermaksud bersikap tegas dalam mendidik anak, hindarkan menghukumnya dengan cara menganiyaya dan jangan sekalipun melukai wajahnya atau bagian tubuh lainnya. ajarkan anak tentang tanggung jawab dan belajar menerima konsenkuensinya jika ia bersalah bukan memukul atau mengatainya. Jika terlalu kasar akan membuat anak meniru prilaku kasar orangtuanya. anak bisa tumbuh dengan sifat pemarah dan mudah berbicara kasar.


    10. Kurang Perhatian atau Jauh dari Orangtua
    Biasakanlah memeluk dan mencium anak kita sejak kecil maupun saat ia remaja, sentuhan ini membuat jiwanya tenang. ketika ia beranjak remaja ia tidak kekurangan kasih sayang orangtuanya. jangan sampai ia kurang perhatian dari keluarganya karena ini bisa menjadi dampak negatif dalam pergaulannya nanti. ketika ada laki-laki yang merayu anak gadis kalian, anak jadi gampang terpengaruh terlebih kepada laki-laki yang tidak baik.

    Mendidik anak menjadi pribadi yang baik itu memang tidak bisa instan, butuh awal yang baik dan sedini mungkin. kita sebagai orangtua sudah seharusnya memperhatikan mereka, mendengarkan, dan menjaganya. ketika anak kita berulah atau menjadi nakal, bisa jadi ia sedang mencari perhatian kita. masa remaja adalah masa yang paling rentan, dampingilah buah hati dengan banyak komunikasi bukan seperti menasehati karena remaja paling tidak suka di nasehati, cobalah ajak sharing bercerita, berbagi pengalaman ketika kalian ABG.

    Dengarkan Mereka!
    Ada banyak penyebab ketika anak menjadi nakal. entah itu sekedar mencari perhatian, balas dendam, trauma, akibat kurangnya kasih sayang. Cobalah orangtua untuk mendengarkan pendapatnya. setia mendampingi bukan seperti polisi atau layaknya seperti teman curhat Dengan tetap menjaga hubungan komunikasi.

    Sejatinya seorang anak tidak ada yang lahir dengan sifat nakal atau pembangkang. mereka hanya meniru apa yang mereka lihat. buktinya jika seorang anak yang belum baligh meninggal akan masuk surga itu karna hatinya masih suci. atau Mungkin salah satu kebiasaan di atas, pernah kita lakukan kepada buah hati tercinta. saya sendiri pun yang nulis artikel ini masih jauh dari orang tua yang sempurna. memang tidak ada orang yang sempurna dalam berbagai hal, tapi kita wajib belajar menjadi yang lebih baik. semoga parents semua dikaruniai anak, cucu dan keturunan yang soleh dan soleha, aamiin.

    Terimaksih atas kunjungannya ke blog Catatan Emak emak,