Thursday, August 19, 2021

Realistis



Kata ilmu parenting, jangan memaksakan kesempurnaan. Kalo lelah kalo capek, tidak mengapa rumahmu berantakan. Kalo lapar pengen makanan sehat, tidak mengapa tidak harus melulu masak, boleh sesekali pesan gofood, cucian banyak laundry in aja. 


Baik saya coba termasuk menurunkan ekspetasi kemampuan anak saat daring sekolah, baru masuk kelas 1 SD dengan kampuan baca yang masih 0,10 % yang berbarengan dengan masa nifas (baru pindahan pula, bebenah sendiri (jangan tanya suami waktu itu masih LDM) ditambah hape rusak selama kurleb 2 bulanan, disisi lain saya harus tetap produktif demi uang sampingan. Apa masih bisa waras? Alhamdulillah tidak kena baby blues!


Hmmmmfh.. saya lakukan itu. Kerjakan semampu saya. Meskipun bberapa kali kena teguran Bu guru akibat keterlambatan mengumpulkan tugas, kehabisan pulsa saat ulangan (belum ada program kouta gratis dari pemerintah), cucian tidak jelas alur jemuranya, teras depan yang kotor karena setiap pagi tidak sempat ngepel, siang udah K.O emaknya pengen tidur. Sudah saya turunkan ekspetasi kesempurnaan meskipun yang saya dapatkan tetap keteteran dan kemalangan. 


Sesekali rumah rapih, bisalah. Tapi ada yg dikorbankan. Entah waktu tidur siang emaknya, atau keterlambatan setor tugas si Kaka. Atau lebih parahnya marah-marah ke anak.


Sesekali paksu bantu bebenah dan masak, seminggu sekali, 1 harinya dia santai-santai di rumah, okehlah.


Sejujurnya saya tidak suka rumah berantakan. Minimal bisa menenangkan hati kala pikiran ruwet dengan suasana yang bersih, wangi, tertata. Saat punya anak bayi memang jauh dari harapan. Bisa nyuci baju anak buat salin aja, meski nyapu dan ngepel ke pending (apalagi cuci piring) itu udah sukur. Lanjut istirahat ..




Ditambah lagi sekarang sedang hamil muda. Tantangan hamil TM 1 tau kan gak enaknya kaya gimana. Kecapean, gerak dikit, lama berdiri, udah ngos-ngosan, kepala pusing keleyengan, belum kembung, mual-mual, lemes. Pagi yang diawali dengan rumah berantakan, terutama bekas sarapan anak balita, gak pernah tidak ada yang tumpah dan ampar-amparan. Ya kan susah disuapin malah g mau makan, pengen belajar makan sendiri. Resikonya ya emaknya lagi yang capek beresin demi tumbuh kembang anak masimal. Emak gerak dikit nangis, tinggal sebentar nangis, pengen digegendong terus.


Belom sampe disitu tugas Gmeet KK yang sering ketinggalan. Emak udah mabok duluan, lemes. Sering banget ngehayal.. duh enak kali ya bangun tidur udah disiapin sarapan, lopis, ketan, martabak  manis atau piscok enak kali ya, sama jus buah. Terus pekerjaan rumah ada yang bantu, anak ada yang handle. Sayanya kayanya untuk emak punya anak ukuran segini kurang realistis mesikupn cuma ngebayang. Kecuali punya suami yang bener-bener pengertian banget. Sayangnya jarang ada. 🤣


Jadi kalo baca ilmu parenting disaat gak tepat disaat lagi capek2 nya kaya gini dapat dipastikan mental dan ingin sewot. 


Ya kali kalo males masak pengen ngegoffod, pengen ngelondri, ada yg bantu beberes. Tapi itu semua butuh money, semua butuh doit. Dan yang paling utama faktor emak2 stres kecapean itu adalah udah gakda yang bantuin gak punya duit pula 😌


Kalo capek, berantakan tapi pegang uang banyak. Dijamin semua emak2 gak stres. 


Jadi gimana gak doble2 kerja keras gak tuh. Bukan double lagi triple..


Kalo didiamkan demi kewarasan, tugas daring akan semakin menumpuk, cucian semakin menumpuk, rumah kotor anak balita hawatir makan sembarangan, ompol dimana-mana, gak ada yang buru-buru epelin. anak yang gede diabaikan gak ada yang masakin, takut sakit maag. Ujungnya kalo semua di pending dulu akan menumpuk dan siapa yang repot dikemudian hari. Ya emak, emaknya juga. 🤣😌


Boleh kasih saran tapi yang realistis dong..

Lelah aku tuh, marah2 mulu kan jadinya.


Sunday, August 8, 2021

ISTRI KEDUA



Sore ini ku lihat suamiku sangat menarik. Apa mungkin efek hari jumat? Wajahnya bercahaya, senyumnya mengembang bahagia setiap bertemu anak kandungnya, dia benar2 seperti seorang bapak sesungguhnya dan suami idaman untukku. Meskipun rasaku padanya begitu besar, sama seperti seorang istri yang jatuh cinta pada suaminya, aku tetap harus mengendalikan perasaanku agar tidak terlalu bucin dengan suamiku sendiri. Ada perasaan lain yang harus aku jaga. Aku juga tidak ingin bawaan kodrat ini (cemburu) menjadi bumerang untuk rumah tanggaku sendiri. Meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan rasa cemburu, namun aku masih bisa mengendalikanya. Perasaan cinta yang tak terkendali sekalipun kepada suami sendiri yang halal, bisa saja menumbuhkan sifat ego dan lainya yang beresiko mendzolimi seseorang. Kalo tidak cemburu kepada istri lainya bisa jadi cemburu kepada ibu mertua atau saudara perempuanya yang yatim.



Ku lihat mereka dijalan dengan istri pertamanya mengantar anak sulungku pulang sehabis main dari pondok. Suami dan istri pertama memang tinggal di pondok, sedangkan aku cukup jauh dari pondok pesantren tempat suami bekerja. 


Ku perhatikan ia dengan istri pertamanya yang tetap dan selalu terlihat mesra dari dulu. Sang suami selalu menjaga perasaan istri pertama jika kami bertiga sedang bersama-sama. Tapi kadang aku merasa cemburu. Jika kami bertiga kumpul, aku seperti tamu bukan istrinya. Ya, pemeran pembantu dalam drama hidup mereka. Dan mereka berdua itu tokoh utamanya. Entahlah apakah ini perasaan cemburu? Ah ini pasti bisikan setan. Pemandangan ini juga mungkin tidak enak buat istri pertamanya saat kami naik motor bersama anak-anak. Sedangkan dia belum memiliki anak. Aku harus punya mindset saat perasaan cemburu mulai merasuki. Bahwa bukan hanya aku saja yang tidak nyaman, sedih, dll. Istri pertamanya pun merasakan hal sama. 


Sebagai istri kedua ada batasan yang harus "aku tahu diri" aku tidak bisa menunjukan sisi mesra kepada suami, apalagi di depan istrinya. Terlebih sejak memiliki anak kedua darinya, boro-boro bisa pegangan pinggang suami saat berboncengan. Kedua tangan ini sibuk menopang si bayi dalam gendongan, terutama melindunginya dari panas dan debu juga saat tertidur di motor.



Untuk mengerem perasaan cinta ini sering aku berpikir, meskipun ia juga menyayangiku tapi aku yakin cintanya pada istri pertama lebih besar. Chemistry dengan yg pertama selalu lebih istimewa. Seperti nabi Muhammad dengan Khadijah. 


Manusia mana ada yg bisa adil betul, pasti diantara beberapa baju ada yang paling ia sukai, dibeberapa benda yang ia miliki pasti ada yg dipavoriti Salah satunya. Aku tidak bisa memaksakan itu. 


Terlebih ia dari nol memulai kehidupan dengan istri pertamanya yang tahu betul dan banyak berkorban. 


Ia yang sekarang lebih baik dan semakin baik. Dalam pekerjaanya, penampilanya. Beda saat taaruf denganku ia hanya seorang ustad lulusan Timur tengah, yang mengajar di salah satu pondok pesantren sederhana. Sejak menikah denganku, bertahap ia menjabat sebagai wakil sekolah, kemudian sekarang ia diangkat menjadi kepala MA Thafidz di pondoknya. Dulu yang badanya tidak begitu gemuk, sekarang kulihat mulai berisi. Penampilanya semakin berwibawa dengan pakaian jubah yang kini ia koleksi. Aku semakin bangga melihatnya berkembang semakin baik. Ia terhormat dihadapan semua orang yang memandangnya. Tentunya dalam pandangan orang, berkat istri pertamanya lah dibalik kesuksesannya yang sekarang. Biarlah aku bersembunyi di dalam rumah. Buat ku diluar itu tidak penting, peran dia di rumah lah yang sesungguhnya yang lebih penting, hehe.


Disisi lain aku tidak bisa pungkiri ada banyak kebutuhan yang ingin aku penuhi, tapi seringnya aku berkorban dan menyelesaikanya sendiri. Begitulah mantan single mother, sudah biasa mandiri mengerjakan atau memenuhi sesuatu jadi aku memang lebih pantas banyak mengalah maupun jangan banyak mengeluh. Aku hawatir suamiku merasa terbebani, merasa bersalah, dan terlalu bekerja keras lagi sampai lupa waktu. 


Meskipun aku bukan yang pertama yang menemaninya dari nol, tapi setidaknya aku  selalu setia disisinya tanpa membuatnya terjatuh.


Ya, bagiku memikirkan masalah hati dengan pasangan tidak akan ada habisnya. Kecemburuan, kecurigaan, aku buang jauh2 sebisa-bisa. Ada banyak PR yang harus aku kerjakan. Terlebih kewajibanku kepada anak. Juga yang tak kalah lebih penting adalah waktu untuk memanjakan dan mengurus diri sendiri, agar tetap waras.


Aku tidak ingin rasa cinta ini menguasai diriku. Hanya atas karena Allah, aku patuh dan bertahan kepada suamiku. Aku tidak ingin melupakan salah satu visi misi tujuan pernikahanku, yakni mencari ridho Allah. Semoga selalu istiqomah 🤲


***


Pernah kami diterjang badai yang hampir diujung tanduk. Tapi dari situ kita belajar banyak hal tentang atap rumah poligami. 


Jadi menikah lebih dari satu istri itu bukan perkara koleksi karena merasa banyak uang, atau tren ikutan teman. Tidak sembarang orang, dan hanya orang-orang tertentu yang memenuhi syarat untuk berpoligami demi menjaga keutuhan rumah tangga sebelumnya bukan malah menghancurkan rumah tangga sebelumnya.



Ada ladang pahala yang besar dalam rumah tangga atap poligami yakni sabar, ikhlas, dan ridho. Untuk bisa menjalani nya kalo saya adalah dengan menurunkan ego. Bahwa mahluk bisa saja mengecewakan kita, bukan karena tidak sayang, tidak adil, tapi mungkin suami tidak mampu berbuat adil meskipun ia sudah berusaha keras berbuat adil. Maka serahkan pengorbananmu hanya untuk ibadah kepada Allah. Allah yang memerintahkan mu seperti itu, maka taatilah. 


Satu yang paling membuat aku bahagia sampai sekarang. Aku bersyukur bahwa bagaimanapun tidak enaknya poligami, kehidupan rumah tanggaku jauh lebih baik dari sebelumnya. Allah telah mengabulkan doa-doaku di masa lampau dan aku sangat mensyukurinya selalu, setiap saat dan selalu kuingat. Ya, aku sangat bersyukur ❤️

Friday, August 6, 2021

HAMIL LAGI SAAT MASIH MENYUSUI

Tidak menyangka akan menuliskan tentang kehamilan lagi dari jarak dekat dengan kelahiran anak sebelumnya. 😆 Awalnya ini sebenarnya saat tidak KB dan siklus haid masih gak normal, maklum kan lagi menyusui jadi KB alami saja lah, KB kalender. Qodarullah lebih rentan kejadian juga 😅 namun jelas ini kami syukuri karena merupakan titipan rezeki. Kalo sekarang saya sudah memutuskan KB berikutnya setelah melahirkan bayi yang sedang dikandung ini, IUD. Mau ngasoh dulu emaknya, mau merawat diri biar bapak anak-anak makin dan tetap lope2. 🤣


Buaiqlah saya akan menceritakan kronologi sesungguhnya, dari apa saja yang saya lalui dan bagaimana mengatasinya karena kehamilan kali ini sambil tetap mengASIhi 😌


Saya ingat saat tespek pertama itu, sudah masuk 4 Minggu, dengan jarak si calon KK baru berusia 12 bulan. Masyaallah tabarakallah 😇


Kenapa saya tiba-tiba tespek disaat tanda hamil belum muncul sepenuhnya dan belum melewati tanda telat haid???


Selain karena kode dari penyakit maag yang dulu telah punah, ini kok kaya muncul lagi tiap pagi kembung, pengenya langsung sarapan kalo gak sarapan lemesss banget dan capek. 


Keyakinan itu bertambah, karena saya merasa gak KB kan dan siklus haid, kayak kayaknya mulai teratur. Awalnya dari siklus 90 hari ke 60 hari, kemudian 40 hari, dan firasatku sok tahu ku akan menjadi 35 atau 30 hari, itu berarti siklus normal yakni 30 hari mulai bekerja lagi setelah libur panjang dari efek mengASIhi. Itu berarti lebih mudah saya untuk mencari dimanakah hari dimana ovulasi telah dimulai. Ditambah kami, saya dan suami sudah tidak memutuskan LDM lagi. Kemungkinan terjadi pembuahan ya dan kegagalan KB alaminya lebih besar. 😅


Masyaallah tabarakallah, garis 2 muncul.


Sedikit catatan, untuk tespek sebelum telat haid saran saya gunakan alat tespek yang tingkat sesitifitasnya 10UI/ml seperti Ultraone dari Onemed, pregnancy, dll cari aja di shopee atau google. Atau Onemed itu 20UI/ml cuma goceng, harganya lebih murce, murah ceria 😂. Gak usah yg mahal2, kebanyakan yg mahal malah hasil burem atau malah g muncul padahal berhasil pembuahan ya, karena rata-rata UI nya 25. Semakin kecil angkanya semakin sensitif. 


Lanjut....


Seharian itu pikiran dibayang-bayang dengan  kehamilan ini. Gimana ya nanti, repotnya, ASI si calon kk, pilih klinik yg mana ya. Masih sering kan tuh liatin hasil tespek. Apa ini garis evaporasi ya? Ah tapi udh mengikuti petunjuk pemakaian yg benar, insyaallah.

Mau kasih tau suami juga masih sangeh. 🙈


Tapi pas ngasih tau suami, ekspresi pak suami datar aja. Ngarep banget diberi peluk, dicium, kaya di filem2.

Kalo sama kaya aku, kita satu server. 😌


Lanjut,


Sudah 6 Minggu. Di Minggu ini barulah muncul gejala kehamilan yang, yaaa seperti sebelumnya. Pusing, mual, maag, capek sangat. Tapi kalo boleh dikasih nilai ini baru 50%nya artinya masih bisa ditahan sambil beraktifitas mengurus calon KK bayi. Si calon kakak pun masih menyusui.


Eh pas skrg 9 week Masyaallah, mulai capek, mood2an, pusing, kembung, capek lah ya ternyata ditambah diri ini pengenya rebahan Mulu. Sempat berpikir sih, gimana nanti pas bayinya lahir???


Alhamdulillah, suami masih bantu-bantu mengasuh si KK dan kadang membantu tugas rumah 😘


Mitos Hamil saat masih menyusui

❌ Calon kakak/janin  pertumbuhan terhambat 

✅ Tidak. asalkan bunda dapat memenuhi kebutuhan gizi si calon kakak dan janin melalui makanan


❌Sapih sesegera mungkin

✅ Selama tidak ada efek kontraksi dan tidak ada riwayat lemah kandungan, bunda bisa terus menyusui si calon kakak. Perhatikan cara menyapih dengan cinta ya Bun, jika memang sudah waktunya, agar tidak trauma.

Ikut kelas menyapih weaning with love dengan iman iG: @heathcarepedia.id


❌Kasihan si calon kakak akan kurang kasih sayang

✅ Omongan toxic ini salah besar, yg justru membuat terbentuknya mindset pilih kasih. Hati2 Bun... Setiap anak punya tangki cinta masing2 yang harus diisi. Disi apakah itu?? Bahwa setiap anak mempunyai hak. Mereka butuh dihargai, diterima apa adanya bukan dibandingi, disayangi tanpa pamrih, maaf, terimakasih, tolong, kalimat2 ajaib, dll.

Bukan 1 tangki dibagi rame2 anak terus kita pusing berpihak pada anak yg mana. Ish ish ish...


Hayo mitos apa lagi yg membuat bumil kesundulan terzolimi 😂


Sharing ya sudah aku upload di channel YouTube aku ya 👇


Sekarang PR nya adalah, cara pemgasuhan bagaimana agar parent tidak pilih kasih ataupun over memanjakan anak. Jadi ibu itu buanyakk tugasnya. Semangat 💪


Wednesday, August 4, 2021

KISAH TA'ARUF KU

 

Ta'aruf syar'i

Sudah hampir 3 tahun kami menikah, dan ini pernikahan kedua untuk saya. Pernikahan kedua ini berawal dari pengalaman taaruf yang belum pernah saya lakukan terutama di pernikahan sebelumnya. Qodarullah kami dipertemukan di website taaruf milik WO ustad Khalid Basalamah. Sebelumnya memang pernah 3 kali gagal taaruf karena saya merasa tidak cocok. Tapi yg ke 4 ini saya merasa sreg karena niat ia sepertinya tulus yg paling penting saat itu adalah calon mau menerima anak dari saya. Gak usah kepow ya, dia bujang, duda atau beristri 😂

Setelah Nazor ke rumah dan berbicara panjang lebar dengan mahrom saya (kakak laki2) dan mamah (bapak sudah lama wafat) kami merasa cocok untuk melanjutkan ke tahapan pernikahan. Sekitar 1 bulan dari Nazor (pertemuan cie cie) Selama menunggu waktu sebulan itu kami banyak mencari tahu tentang calon pasangan. Untuk mengetahui karakter calon istrinya ini, saat itu calon suami tak sungkan nelpon mantan suami menanyakan tentang "bagaimana saya". Awalnya saya sudah pasrah mansu kayanya akan menjelek2an saya secara saat itu konflik pasca berpisah tidak baik2. Khawatir mansu tidak bisa netral dan membawa masalah pribadi. Tapi setelah itu saya tidak mau mendengar jawaban "mansu berbicara apa tentang saya?" Ke calon suami. Saya langsung bilang saja, terserah bagaimana keputusannya (mundur atau maju) saya terima. Dari situ sebenarnya saya sudah bisa menilai, calon saya itu bijak atau tidak.

Nano2 bgt ya taaruf dgn janda cerai hidup. 😌

Qodarullah, saat itu calon suami tidak mundur dari proses taaruf. Kami lanjut sampai menunggu hari H tiba.

Ya, sejujurnya pacaran setelah menikah itu lebih spesial dan unik. Jika ditanya apakah ada konflik saat baru memulai hidup baru? terlebih belum kenal banget sebelumnya, tentu ada dong. Setiap hubungan itu pasti selalu ada bumbu-bumbu pengenalan karakter. Perbedaan yang "awalnya" mengganggu itu bukan alasan untuk dijadikan ketidak cocokan mutlak.


Semua tergantung cara pikir tiap individu bagaimana mengartikan sebuah pernikahan. Karena cintakah? Karena Allah kah? Nah kalo pembahasaan ini beda lagi ya, insyaallah dibahas dilain waktu diantara curhat2 media sosial 😂😅

Yang merasa sesama akhwat Follow dulu deh 🤣
https://instagram.com/bellaagmia
Biar bisa temenan maksudnya 🤗

Dari pengalaman saya yang sudah pernah menikah sebelumnya. Kadang konflik perbedaan karakter kerap muncul menjadikan alasan ketidak cocokan. Baru tau sifat suami aslinya, barulah menyesal. Terlebih pernikahan yg tidak didasari karena Allah. Suami tidak tau hak dan kewajiban kepada istri, istri pun sebaliknya, sama-sama menuntut hak. 

Loh pernikahan itukan pengenalan, penyesuaian, karakter pasangan seumur hidup. Sekarang kalo saya sudah tau karakter suami saya lebih tau cara bersikap. Misal paksu itu orangnya tidak mau kalah dalam berdebat (bawaan laki-laki yang gengsian kali ya) jadi pas kami berbeda saya pro galon Aqua isi ulang dia lebih pro lemineral galon sekali pakai??? Omongan ini aja bisa jadi perdebatan layaknya ILC loh 🤣

Setelah meminta maaf atas insiden pillow talk tidak penting itu, saya mengalah dan meminta maaf untuk mendapatkan ridhonya sebelum tidur. 😆

Yg paham berarti udah bisa metik pelajaran dari cerita diatas. Bukan tentang akua galon!

Besok2nya, dia bawel masalah air keran ngocor terus. ya ku diemin aja, karena nanti kalo diterusin jadi bertengkar. Abis itu cari moment tepat buat membela diri. 🙈🤣

Lah, sudah tabiat perempuan tidak mau disalahkan. Sesalah-salahnya wanita, lelaki lebih salah lagi. 🤣

Hanya saja timming nya harus tepat, penyampaiannya harus tepat, caranya harus pas. Tanpa debat, tanpa mojokin, tanpa suara keras. Ingat ya, laki-laki itu mudah lemah dengan suara lemah lembut 🙈

Setelahnya apa coba, dia yang bawel jadi lebih mengerti istrinya dan lebih diterima. Alhamdulillah semakin tau karakter pasangan dan semakin tau apa yang harus dilakukan, hubungan kami jadi semakin baik.

Perikahan ibadah terlama sepanjang usia, sama seperti sholat wajib, mau gak mau, males ga rajin, kudu tetap dilaksanakan, dimanapun perjalanannya, bagaimanapun keadaanya, kudu tetap Istiqomah.


Pernikahan bukan cerita negeri dongeng, habis pengenalan/pacaran happy ending pada ijab qobul. Justru kehidupan baru akan dimulai.. happy ending nya nanti di akhirat.

Orang bilang menikah tidak pakai pacaran (ta'aruf) tidak menjamin hubungan langgeng. Bagi saya pacaranpun juga tidak menjamin pernikahan bisa langgeng. Jadi masalahnya bukan pada taarufnya.

Saat menikah mungkin hanya ada ketertarikan fisik. tangki cinta Masih belum sepenuhnya terisi. 

Jika menikah diniatkan karena ridho Allah. Kami berusaha saling mengisi tangki cinta bersama.

Menikah bukan berarti harus saling memiliki tangki cinta yg sudah penuh saat pacaran.

Masalah akan selalu ada dan datang?
Tak masalah..

Teruslah mengisi tangki cinta. Dengan sifat pemaaf, sabar, tidak banyak berburuk sangka. Camkan itu yaa...

1 tahun

2 tahun

3 tahun

Tidak mengapa, asal selamanya tangki cinta terus tetap diisi ♥️

Bagaimana, sudah siap hijrah dan memutuskan ta'aruf?

Bissmillah yaa...