Friday, March 8, 2019

Menghadapi Konflik Dalam Pernikahan Part 1 : Sakit hari ini, Lupakan Esoknya



Pelajaran yang amat penting dalam pernikahan adalah tidak menyimpan dendam yang berlarut-larut. Sering kali kesalahan itu menjadi duri yang tersimpan lama dalam daging. Akhirnya kita tidak bisa hidup tenang dengannya. Selalu mengingat kesalahannya setiap kali ada saja hal yang menyakiti perasaan kita. Ya, persis seperti luka duri dalam daging, kesenggol dikit sakitnya bukan main, padahal hanya kesenggol. Percayalah hubungan mu dan suami tidak akan seperti surga. Rumah bagikan neraka.

Ketika berbeda pendapat, perempuan lebih mudah mendikte kesalahan yang sudah dicatatnya dalam pikiran dan hatinya bahkan mungkin di catat juga dalam diary. Sedangkan kesalahan laki-laki adalah terus mengulanginya.

Saya paham betul, bahwa ada masa-masanya ia menyakiti kita, saya pernah merasakan itu. Duri dalam daging yang bertahun-tahun lamanya. Lantas apakah itu menjadi alasan ia harus menerima hukuman agar ia merasakan sakit sama seperti kita. Tidak, bukan itu pernikahan.
Bukan tentang siapa yang menang, atau siapa yang paling tersakiti.

Pernikahan itu adalah ibadah, bukan sekedar menjadi halal dalam hubungan. Tapi bagaimana dalam pernikahan itu menjadi ladang pahala untuk kita. Meski kadang menjengkelkan, melelahkan, menyakitkan. Itu hanya poin tidak enaknya, saya yakin masih ada poin plus dari kelebihan itu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آَتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka (para isteri) secara ma’ruf (baik/patut). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q.S an-Nisaa’:19)

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala pada surat Ar-Rum Ayat 21 juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang istri bisa membawa ketentraman pada suami.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”



Manusia tidak ada yang sempurna termasuk sang suami juga keadaan tidak bisa menjadi sempurna ada saja kesalahan yang dibuatnya atau kondisi yang jauh dari kita harapkan. Tapi rasanya tidak adil juga kita hanya mendikte kesalahannya.

Sebenarnya di balik ketidak pedulian ia (menurut kaca mata kita) Laki-laki mempunyai sifat yang mudah melupakan dan memaafkan, itu plusnya. Kecuali ada beberapa tipe laki-laki yang memang berengs*k dan saya yakin ibu-ibu yang baca ini punya suami yang sebenarnya baik-baik cuma setitik titik aja jeleknya.

Terdengar mudah tapi memang sulit di jalani.

Cara Meredam Konflik Dalam Rumah Tangga


1. Tarik napas, jangan bicara dulu 

Jika emosi sedang di level atas, semua perkataan biasanya langsung di ceplok tanpa di saring dahulu. Ini yang paling bahaya karena bisa saja secara tidak sengaja, sadar atau tidak, perkataan bisa saja melukai hati pasangan. Jika sudah terlanjur kesal kamu boleh meluapkannya dengan menangis menyendiri hingga perasaanmu lega. Hindari debat jika sudah mengarah pada bentakan dan teriakan, dari suami maupun dari kita.

2. Redam emosi yang meledak dengan menghindar dan berbaring lalu berwudhu.

Jika kondisi sedang panas baiknya perempuan tidak meninggalkan rumah. Ini sering sekali terjadi seperti pergi dari rumah, melampiaskannya seperti hang out bersama teman padahal masalah di rumah masih berlangsung panas, atau pulang ke rumah orangtua. Selain memperparah keadaan tanpa ridho suamipun kita keluar membawa dosa. Kamu bisa menghindar darinya dengan mengurung diri di kamar, dan berbaringlah. Saat emosi dengan berbaring akan mengurangi rasa amarah, jika sudah tenang berwudu.

3. Perbanyak berpikir positif

Setelah konflik mereda memang perasaan masih dilanda kesal, tidak terima, ngambek, di tambah suami bukan tipe yang pengertian. Istri ngambek pengennya di rayu, di dekati, ini malah diam saja atau malah suami pergi ke luar. Disini kalian masih dalam tahap ujian penyelesaian konflik. Komunikasi tidak akan berhasil jika belum menemukan jalan keluar yang ujung-ujungnya keributan. Maka jika komunikasi mu tidak berhasil tidak usah dendam, pikirkan cara lain untuk hari esok, bagaimana agar komunikasi kita di terima oleh pak suami. Untuk sementara sibukan dirimu dengan positif thinking terhadapnya, ingat jangan negative tingking dulu.

"Kenapa dia diam atau keluar rumah, apakah dia sudah tidak mencintaiku lagi dan memilih teman-temannya"

"Kenapa ia marah kepada ku, membentak, apakah ia sudah tidak menyangiku lagi"

"Mengapa ia begini begitu"

jangan sibukan pikiranmu dengan prasangka. Karena memang bisa jadi cara kalian dalam komunikasi yang salah ditambah pemahaman yang salah.

Bisa jadi pak suami diam karena sedang memikirkan jalan keluar untuk berdamai dengan kamu tapi tidak tahu caranya, makanya diam daripada jawab juga serba salah. Bisa jadi dia lebih memilih ke luar rumah karena lebih baik daripada perempuan yang keluar rumah. Bisa jadi ia membentak karena sudah lelah, kamu berbicara keras jadi bisa saja pak suami sedang menjaga wibawanya agar di hargai istri. Dan masih banyak lagi sebab prilaku suami yang sebenarnya tidak kita ketahui.

Baca juga, Pengaruh Husduzon terhadap pasangan


4. Berserah kepada Allah, yang maha membolak-balikkan hati manusia.

Jika sudah di ujung puncak kesabaran banyak lah berdoa kepada Allah untuk dibukakan hidayah pada dirinya dan pada diri kita. Diri kita juga, karena saya yakin saat kita berdoa kita sibuk mengadukan kesalahan sang suami kepada Tuhan tapi lupa apakah kita sendiri sudah baik atau tidak atau pakai cara yang salah.

Cara empat ini memang terdengar naif, berdoa, berdoa, tapi entah dikabulkan apa tidak, dikabulkan cepat atau tidak. Kita lebih suka bereaksi duluan ketimbang doa. Marah duluan, memutuskan keputusan sembrono duluan tanpa meminta petunjuk.


Jadi moms, bunda, bu, jika ada kesalahan pada dirinya yang sengaja atau tidak menyakitinya hatimu sakit hari ini, tapi lupakanlah esoknya. Hari ini bertengkar, lusa baikan lagi harmonis lagi, tapi luka itu masih kita simpan rapih jika dan dibuka lagi luka itu jika sedang bertengkar lagi, seakan menjadi senjata dan bukti nyata bahwa dia lebih bersalah dibanding kita.

Maafkanlah, meskipun ia tidak meminta maaf, meskipun ia lupa pernah menyakitimu. Kadang maaf untuk menebus kesalahannya laki-laki akan bersikap manis tanpa mengucap "maafkanlah aku" Memang tidak mudah namun ketika sudah bisa melewati level ini insyaallah hubungan kalian semakin kuat, dan dinaikan lagi derajatnya oleh Allah Subhanawatalla.

Sekian sharingnya, saya doakan semoga kalian pasangan sampai Jannah, aamiin.


Baca Juga, 10 Qoutes Romantis untuk Suami Tercinta



2 comments:

  1. Pingin nangis bacanya mba.. rasanya seperti mendapat teguran tapi dengan lemah lembut.. tulisan ttg pasangannya betul2 pelajaran yg baik, thank u for sharing mba

    ReplyDelete
  2. Masya Allah, baca ini adem banget Mba Bella. Berasa menemukan oase di tengah padang pasir. Noted, mbaa. Tak cerna baik-baik tulisanmu mbaaa. Apalah aku, yang masih newbie dalam dunia per-rumah tangga-an. Baca ini mau nangis mbaa, karena aku pun belum sekuat itu. Sehat selalu Mba Bellaaa, nyesek banget baca tulisannya. Hiks

    ReplyDelete