Friday, December 28, 2018

Pelajaran Ke 2: Belajar Ikhlas di Dalam Kehidupan Sehari-hari


Semenjak menjadi single mother, saya balik menumpang di rumah orang tua tunggal saya di bekasi. Meskipun sudah 20 tahun saya pernah hidup di dalam lingkungan keluarga sendiri, 20 tahun dibawah asuhan mamah dan keluarga, namun setelah pernah menikah itu tidaklah sama. Pendidikan parenting saya dan mamah saya berbeda. Maka dari itu saya terutama anak akan beradaptasi lagi dan pastinya banyak mengadopsi asuhan dalam keluarga besar.

Salah satu contoh kecilnya ada pada adik-adikku yang sudah besar kadang berbicara kasar dengan teman sepergaulannya by smartphone, sedangkan saya mati-matikan mendidik anak untuk menjaga mulut dalam pergaulan akhirnya anak melihat apa kebiasaan anak remaja yang saya bila g alay. Ia, adikku kadang suka main tik tok diam-diam di kamar. Adikku satu lagi yang berumur 20an sering menonton tayangan viral aneh-aneh di Instagram seperti mak ele yang lucu tapi sering berperilaku kasar, akh pokoknya bukan tontonan anak kecil.
Memang bukan salahnya, karena orang besar biasanya sudah bisa membedakan mana yang ditiru mana yang tidak. Tapi efek ya selalu membuat saya wanti-wanti agar anak tidak kecolongan dalam pengawasan saya. Sungguh lelah memang. Dan saya akui saya sangat membutuhkan partner.

Kadang jika capek dan masalah datang saha bisa khilaf dan mengeluh dengan keadaan ini. Apalagi jika melihat rumah selalu berantakan (maklum banyak keluarga dan saya termasuk anak yang resik sama kebersihan rumah, ini keterbalikannya sifat mamah).
seperti ingin segera pisah dari sini, entah dengan mengontrak (sebenarnya takut hidup sendiri sebelum ada imam) , membeli rumah baru (gak punya duit instan) atau menunggu ada yang mau menikahi ku (jodoh itu datangnya rahasia allah gak bisa ditebak) dan membawa ku pergi dari sini, agar aku bisa fokus mendidik anak dan menjadi ibu rumah tangga kembali.

Tapi, biasanya tidak lama setelah mengeluh dan banyak permintaan kepada Allah saya tersadar kembali bahwa saya tidak bersyukur!


Sebuah tulisan yang membuat saya seperti mengambil serpihan demi serpihan hidayah dan pengetahuan ilmu baru. Tulisan itu saya dapat dari sebuah grup whatsapp tentang keikhlasan dalam visi misi pernikahan. 👇


APA GUNA VISI KELUARGA?

Oleh : Cahyadi Takariawan

Sering saya sampaikan, keluarga harus punya visi. Sebagai insan beriman, visi kita adalah surga. Raihlah surga bersama pasangan tercinta.

Apa gunanya memiliki visi keluarga? Perhatikan kejadian remeh temeh berikut ini.

Suatu ketika, pasangan anda lupa menekan flush closet, lupa mematikan lampu kamar mandi, lupa menjemur handuk, lupa tidak merapikan tempat tidur, atau biasa meletakkan pakaian kotor sembarangan, menaruh barang tidak pada tempatnya, dan hal-hal sepele lainnya. Ternyata menjadi kejadian berulang.

Apa yang harus anda lakukan ketika menemukan kondisi seperti itu?

Tenang saja. Diam-diam lakukan semuanya. Tekan flush closet, matikan lampu kamar mandi, bawa handuk ke tempat jemuran, rapikan tempat tidur, punguti pakaian kotor yang berantakan, taruh kembali barang pada tempatnya. Simple kan?

Tarik napas dalam-dalam lalu ikhlaskan semua bantuan anda tersebut. Ingat visi surga dalam keluarga anda.

Tidak perlu marah-marah dan berteriak-teriak mengguruinya. Jangan merusak mood anda dengan meluapkan emosi kepadanya. Tidak perlu mencatat detail kejadian tersebut di buku diary anda, lengkap dengan detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun kejadian.

Tentu semua hal itu menyebalkan bagi anda. Sangat menyebalkan. Tapi tahanlah keinginan untuk mengomel, memarahi dan mendampratnya karena berbagai kejadian tersebut.

Itulah ibadah anda. Itulah pengorbanan anda. Dan itulah cinta anda.

Suatu saat anda menemukan waktu dan suasana yang tepat untuk membicarakan aktivitas rumah tangga dengan pasangan. Dalam suasana nyaman dan tanpa tekanan emosi, sampaikan harapan anda kepada pasangan.

Bicarakan hal-hal yang mengganggu itu dengan penuh kasih sayang. Bahkan bisa anda jadikan sebagai gurauan segar, bukan ejekan, bukan pula kemarahan yang meledak-ledak.

Ingat, visi keluarga anda adalah surga. Raih surga bersama pasangan anda.

Kunjungi www.pakcah.id


_____

Tulisan yang dishare di atas memang tidak ada hubungannya dengan kesendirian saya. Tapi setidaknya saya belajar, bahwa sesuatu yang meskipun tidak kita suka, menyebalkan, membuat emosi, jika kita lalui itu dengan ikhlas bisa menjadi ibadah tersendiri buat kita. Ingat Bell, jangan berburuk sangka terhadap ilahi sekalipun kamu mengeluh keadaan sebenarnya jika dipikir-pikir tidak melulu selalu buruk hal yang kita anggap buruk. Misalnya meskipun masih menumpang lagi itu menyebalkan setidaknya saya masih memiliki orangtua, dan itu syukur yang paling luar biasa disaat istri lainnya merantau jauh dari orangtua. Setidaknya rumah saya ramai meski sering berantakan, saya punya saudara yang membuat anak saya tidak kesepian. Meskipun capek beresin rumah, diberantakinagi itulah olahraga saya, jadikan itu pahala yang berulang membantu mamah 😊

Kedua, Jangan Pernah Perhitungan Pada Hal Baik


Kesalahan yang paling sering terjadi adalah perhitungan pada hal baik. Ya, kita sudah merasa melakukan sesuatu yang baik dan merasa itu sudah cukup. Tapi ternyata belum sampai disitu, kadang kita diuji dengan kekecewaan setelah melakukan hal baik. Sering gak ngalamin itu? Biasanya sih sering tapi banyak yang gak sadar. "Padahal saya sudah begini begitu, tapi dia malah begini begitu". "Dia mah, kalo dibikin begini begiti balesnya" dan sebagainya. Well, ikhlas itu memang berat ya. Berat kalo tidak dilakukan karena mengharap ridho Allah. Berat dilakukan kalo tujuannya untuk manusia, dan berat dilakukan kalo tidak melibatkan Allah.

Manusia memang sifatnya mudah mengeluh, mencari apa yang tidak dimiliki yang biasanya digembar gemborkan orang "mencari kebahagiaan" yang sejatinya kebahagiaan hakiki itu ada pada surga, dan ternyata sangat dekat dengan syukur.

Dulu saya sering dengar kata ini "Allah ada di hati kita, allah bersama kita" namun masih belum paham betul maknanya. Libatlanlah Allah dalam setiap urusan kita bukan sekedar kata bassmalah namun lebih dari itu.

Pokoknya jangan harapkan apapun, lakukan semuanya dengan ikhlas dan yang paling pentiiiinggg banget adalah jangan pernah berburuk sangka kepada Allah.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




2 comments:

  1. Ikhlas ilmu yg berat kata guru saya. Belajarnya sepanjang hidup. Sama seperti sabar.

    ReplyDelete
  2. aku juga serumah dengan ortu nih. harus rajin menerapkan ilmu ikhlas ya. terimakasih sudah mengingatkan :)

    ReplyDelete