Friday, December 14, 2018

Pelajaran ke 5: Menikahlah Karena Allah


Pengalaman di masa lalu membuat saya belajar tentang banyak hal, salah satunya jangan menikah karena cinta, tetapi menikahlah karena Allah. Ya, memang terdengar naif. Ya iyalah menikah karena Allah kalo enggak pacaran terus gak halal, halal. Bahkan tidak sedikit orang yang beranggapan, "Buat apa menikah sama orang yang gak kita cintai menyiksa batin ujung-ujungnya perceraian?"

Kita sering mendengar dalam hadits bahwa pacaran itu dilarang tetapi tetap saja kita lakukan. Atau dengan dalih yang penting gak zina, yang penting masih perawan. Cuma chit chat doang sebagai penyemangat atau si doi sebagai pengingat kebaikan. di chat: "neng jangan lupa sholat, a jangan lupa makan"

Okey, tapi diajak jalan berduaan hayu, diajak mesra-mesraan hayu.

lah wong nyenengin diri kok, so sweet tau, kampungan deh, sok suci, kaya waktu mudanya gak pernah pacaran aja, muna, dan lain-lain

"kalo kita gak pacaran gimana kita tau dia orangnya kaya gimana?"

Tapi kalo enak pacaran bertahun-tahun tapi ujungnya gak dikawin, enak gak?

"Ah ada juga kok pacaran ujungnya pernikahan, kan pernikahan karena Allah menghalalkan hubungan" 

ia kalo jodoh kalo kaga? Banda udah abis gak dikawin, tekor.

Intinya pacaran itu gak jamin dia jodoh kita apa bukan. Kamu yang udah pernah ngerasain putus masih ingat kan rasanya? Masih ingat kan kalimat move on dalam semangat hati kalian "ah dia bukan jodohku biarlah berlalu".

Ya yang gak pake pacaran juga gak jamin jodoh juga sih. Seperti kalimat awal tadi,
"Buat apa menikah sama orang yang gak kita cintai menyiksa batin ujung-ujungnya perceraian?"

Pada intinya pernikahan itu adalah komitmen kita kepada Allah, kepada pasangan kita. Karena pernikahan atas dasar iman bukan sekedar "halalkan aku dong, bang". Karena kalo modal cinta aja sama manusia, jangan deh. Cinta bisa pudar, cinta bisa berpaling. Kalo udah gak cantik/ganteng cinta juga mudah berpaling, ya kan? cinta harta? Kalo hartanya berkurang pun cinta mudah berpaling. Oh berarti jawabanya kesetiaan. ia hari ini setia, setahun dua tahun 10 tahun 20 tahun tapi wallahualam Allah maha membolak-balikkan hati manusia. Sekeluarga terlihat harmonis di mata manusia (bukan Allah) setia seumur hidup belum tentu sampai Jannah, padahal udah setia sampai akhir hayat. Nah, loh.. 😨

Jadi menikah karena Allah itu cakupannya luas sangat luas sampai hikmahnya diluar nalar manusia.

Coba saya test,

Bagaimana pendapat ukhti tentang poligami yang di halalkan dalam Islam?

Nah, kan bermacam-macam tanggapannya 😂 dilarang debat ya di komentar karena bukan ini yang akan kita bahas (next blog post) juga setiap perempuan punya opini dan pemahaman yang berbeda-beda.

Anyway, pengalaman dari pernah menikah saya menyimpulkan bahwa berharap kepada manusia itu salah! Manusia hatinya bisa berubah. Bahwa jangan menikah atas dasar cinta kepada manusia melebihi cinta kita kepada Allah, karena akan melalaikan kita mengingat Allah. Rasa cinta itu akan menimbulkan rasa egois ingin memiliki sepenuhnya bahwa suami adalah milik kita, dan lupa ada hak ibunya, ada hak anak kandungnya (jika punya dari istri pertama), ada hak istri-istrinya (jika punya lebih dari 1 istri), ada hak saudara perempuannya (terlebih adiknya yatim, misalnya) dan yang paling penting hak beribadah kepada Allah, nauzubillah. Semoga cinta kita terhadap suami seimbang dan tidak seperti itu ya saudariku.

Saya sadari, memang berbicara itu sangat mudah tapi sangat sulit dijalani. Berbicara menikah karena Allah itu mudah diucapkan dan dipikirkan tapi sangat sulit dijalani. Karena pernikahan tidak seperti negeri dongeng dengan ekspektasi tinggi happy ending. Happy ending itu bukan di dunia, happy ending itu jika jodoh sampai jannah. Dan menuju surga itu gak semudah mendapatkan hadiah piring. Banyak cobaan silih berganti menguji kesabaran istri, godaan suami.

Baca juga Belajar Qanaah

Masih banyak orang yang salah kaprah tentang kegagalan pernikahan. Dan menurut saya yang pernah gagal ini dan manusia biasa juga seperti kalian yang tidak sempurna dan penuh kekurangan, menyimpulkan berdasarkan pengalaman bahwa, kegagalan pernikahan bukan karena faktor ekonomi, banyak kok orang kaya cerai. Kurangnya komunikasi? Itu 11, 12 ya saya rasakan faktor kurangnya komunikasi ini sangat berpengaruh pada perceraian. Komunikasi seperti apa sih? Orang komunikasi aja cekcok terus. Tapi kurang dekatnya hubungan suami istri kepada Rabb Nya (maaf kan ke sok tahuan ini karena yang saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi yang pasti berbeda-beda pada setiap individu yang merasakan pernah gagal dan balik lagi manusia itu banyak kekurangannya tugas kita terus memperbaiki diri dan rendah hati).

Dan pada akhirnya saya memilih Ta'aruf.

Taaruf sendiri adalah kegiatan berkunjung ke rumah seseorang untuk berkenalan dengan penghuninya. Taaruf dapat menjadi langkah awal untuk mengenalkan dua keluarga yang akan menjodohkan salah satu anggota keluarga. Taaruf dapat pula dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke pernikahan.

Sebagai sarana yang dianjurkan dalam islam untuk melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar'i diperintahkan oleh Nabi Muhammad bagi pasangan yang ingin menikah. Perbedaan antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Menurut Islam, pacaran dianggap sebagai kesenangan yang tidak berlangsung lama, dan dianggap jalan menuju perbuatan zina dan maksiat.

Lalu bagaimana Jika menikah tanpa cinta seperti lewat ta'aruf?

Tidak 100% hambar kok, buktinya baca biodata calon ta'aruf bisa juga bikin kita tergelitik, semacam rasa tertarik gitu, wkwkwk.

Okay serius, saya pernah baca tentang hukum menikah tanpa cinta menurut pandang Islam. Jika memang jodohmu itu orang yang baik, orang yang taat, maka lakukanlah yang terbaik yang kamu persembahkan untuknya, hak-haknya, kebaikan tulus lainnya dengan sendirinya cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Alias pacaran setelah menikah.

Jadi dalam taaruf ini mencari pasangan itu diutamakan dilihat dari agamanya seseorang dulu (ini yang saya suka dari taaruf karena jika seseorang yang agamanya bagus insha allah perilakunya baik dan paham ilmu pernikahan. Ini juga yang membuat saya lebih semangat memperbaiki diri. Karena seseorang yang baik insha allah berjodoh dengan yang baik pula) Jika pahitnya dapat jodoh tidak baik? di situ juga bisa jadi ujiannya. Tetep jadi istri soleha karena menikah itu ibadah. sepahit apapun cobaan dalam rumah tangga nanti, ingat perkataan saya ini " Batu pun agan legok dengan Air, jika terus dibalas dengan kelembutan terus-menerus". Andalkan Allah bukan manusia. Bagaimana pun saya akui memang itu gak mudah girls, hehe.

Misal ikhwat mencari akhwat. Agama itu nilainya 1, kecantikan itu nilainya 0, Pangkat atau kedudukan 0, kaya 0. Jadi utamakan yang nilai agama ya baik dulu, maka akhwat itu nilainya 1. Dia cantik? maka tambahkan 0 nilainya jadi 10. Dia kaya? Tambahkan 0 lagi jadi 100. Begitu seterusnya. Kelebihannya merupakan bonus.

Tapi kalo agama ya tidak ada, tidak ada nilainya, dia cantik, kaya, punya kedudukan, nilainya 0 tetap saja 0.


Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.”

Wahai saudaraku, ini bukan berarti bahwa kecantikan itu tidak diperlukan. Tetapi yang dimaksud ialah jangan membatasi pada kecantikan, karena itu bukan prinsip bagi kita dalam memilih istri. Pilihlah karena agamanya; dan jika tidak, maka engkau tidak akan bahagia. Yakni, berlumuran dengan tanah berupa aib yang bakal terjadi padamu setelah itu disebabkan isteri tidak mempunyai agama.


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr secara marfu’, ia mengatakan: “Jangan menikahi wanita karena kecantikannya, karena bisa jadi kecantikannya itu akan memburukkannya; dan jangan menikahi wanita karena hartanya, bisa jadi hartanya membuatnya melampui batas. Tetapi, nikahilah wanita atas perkara agamanya. Sungguh hamba sahaya wanita yang sebagian hidungnya terpotong lagi berkulit hitam tapi taat beragama adalah lebih baik.”

Trus sekarang udah pernah nadzor dari pasangan taaruf? 

Rahasialaaahh 😝

Kalo mau taaruf lewat mana? 

Baca disini Tempat Taaruf Rekomendasi Bella




1 comment:

  1. Ah, berasa tenang baca ini tapi juga takut. Kira-kira saya dapat jodoh yang kayak gimana ya, semoga aja dia orang yang baik dan sholeh.
    Amien..
    He...he...😁

    ReplyDelete