Saturday, August 4, 2018

Pendidikan Seks Sejak Dini - Body Integrity untuk Perlindungan Diri

Body Integrity untuk perlindungan diri

Keperihatinan tentang banyaknya berita tentang pelecehan terhadap anak termasuk membuka kesempatan bagi para predator pedofilia. membuat saya ingin ikut menulis mengapa pendidikan seks harus dikenalkan sejak dini.

Bagi parents yang sering mengikuti seminar parenting mungkin sudah sering mendengar apa yang dimaksud pendidikan seks sejak dini atau mengapa harus dikenalkan sejak dini, namun ada juga sebagian besar orang tua yang masih menganggap tabu membahas hal yang amat sensitive ini.

Atau bunda salah satunya?
Bunda harus baca!

Tahukah bunda, sangat penting mengenalkan pendidikan seks sejak dini pada anak kita semata-mata untuk perlindungan diri dan sebenarnya memang harus sudah dikenalkan sejak kecil, sesuai tahap usianya. Pendidikan seks sejak dini dalam tanda kutip "Body Integrity" menanamkan rasa menghargai dirinya bahwa tubuhnya adalah miliknya yang perlu dijaga dan dihormati baik dirinya maupun orang lain. Dari sejak kecil orang tua harus sudah memberitahunya bahwa orang lain tidak boleh menatap, menyentuh, memegang apalagi menyakiti tubuhnya atau bagian tubuh orang lain dengan cara yang tidak sopan atau pemaksaan.

Orangtua sudah tahu tentang bahaya tentang pornografi, namun lupa cara mencegahnya seperti menanamkan rasa malu tentang aurat sejak dini.

Dari beberapa kejadian yang sering saya lihat (terutama di daerah perkampungan padat penduduk) sering membiarkan anak mereka buang air kecil sembarangan di depan umum, jalanan, bahkan got-got kecil. Ada pula mereka yang berhubungan dekat dengan si anak tidak jarang bercanda dengan menyentuh, menggelitik kemaluan si anak meskipun si anak terlihat senang, geli. "Sini om sunatin nanti"

Tetap Tidak boleh!

Anak kecil biasanya habis mandi lari-lari ketika hendak dikenakan pakaian. "Hey nak, pakai baju mu, pakai celana mu, atau jangan pipis diluar"

Ingat ajarkan anak malu dengan auratnya!

Disinilah peran orang tua yang pertama mengajarkan Body Integrity, baru kemudian didukung dari luar seperti keluarga besar, guru, teman dan masyarakat. Nah, pendidikan seks sejak dini ini bertahap dan disesuaikan dengan usia anak. Berikut tahap-tahap ya,

Body Integrity untuk Perlindungan Diri

IDENTIFIKASI DAN NAMAI BAGIAN TUBUH
Sama seperti bagian tubuh lainnya, bagian tubuh yang terkait dengan alat reproduksi penting untuk dijelaskan. Tetapi masih banyak orang tua yang mengganti nama bagian tubuh yang sensitive ini dengan nama-nama yang salah diartikan bahkan makanan?! Seakan-akan dosa besar jika anak menyebutnya (dosa jika katanya disalah gunakan) burung, barang, cucur, apem, pempek, ayo apalagi?!
Tidak bukan itu juga, maksudnya diganti dengan kata yang mudah dimengerti anak.

Lalu bagaimana kita menyebutnya dengan pantas?

Saya sendiri menyebutnya 'aurat' dan 'aurat atau kelamin' pada anak yang sudah beranjak remaja.

Ketika putra/putri kita membahas tentang yang berkaitan dengan organ reproduksi (remaja) Orang tua seharusnya tidak menghindari pembahasan ini. Karena akan menjadi agak rumit dan canggung untuk membahas termasuk mengenai pemeliharaannya. Anak perlu diajari caranya thaharah (membersihkan diri), istinja (membersihkan kotoran) dan juga mandi besar (mandi setelah menstruasi atau mimpi basah) bila sudah baligh. Bahkan yang lebih teknis dan spesifik seperti membuang pembalut pun baiknya diajarkan secara khusus.

FUNGSI
Menjelaskan fungsi bagian tubuh seperti pemanfaaatn serta konsekuensi dari pemanfaatan bagian tubuh itu sendiri. Jika anak sudah mengerti fungsi dari bagian tubuhnya, bisanya ia akan lebih kooperatif untuk menjaganya. misalnya ia tahu mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, maka ia akan menjaga mata atau telinganya dengan baik. anak akan tahu bahwa risiko benturan bisa melukai, maka ia akan menjaga tubuhnya agar terhindar dari resiko tersebut.

PEMELIHARAAN
Jika anak sudah mengerti fungsi-fungsi bagian tubuhnya maka ia akan lebih kooperatif untuk memelihara. Kebersihan, kesehatan adalah termasuk dalam bagian ini. Menyuruh apalagi memaksa anak mandi, sementara anak tidak merasakan langsung manfaatnya akan menjadi rutinitas yang melelahkan dan menguras emosi. Karenanya tetap penting untuk menjelaskan mengapa suatu aktivitas perlu dilakukan meski prosesnya tidak menyenangkan.

PERLINDUNGAN
Sekalipun ini tahapan tertinggi, namun dalam prakteknya tetap bisa dilakukan sejak dini. Ajari anak bagaimana melindungi dirinya.

1. Ajari anak Kapan, Siapa, Di mana dan Bagaimana ia boleh MENAMPILKAN tubuhnya. Termasuk bagian tubuh yang mana saja yang boleh ditampilkan.
- Bolehkah anak berdandan dengan make up tebal seperti orang dewasa?
- Pantaskah anak melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan orang banyak?

2. Ajari anak Kapan, Siapa, Di mana dan Bagaimana ia boleh DISENTUH tubuhnya.
Ajari anak mengenali/mengidentifikasi ragam sentuhan mulai dari yang
- formal/sosial (misal; bersalaman),
- profesional (oleh dokter),
- kasih sayang (ciuman dan pelukan dari orangtua)
- sampai yang menjurus kepada seksual (misal; menyentuh alat kelamin) dan juga kekerasan (memukul, menampar, mencubit, dll).

Oleh karena itu,
- Bolehkah anak digendong dan dipangku oleh siapa pun apalagi yang berjenis kelamin berbeda?
- Pantaskah mencium anak yang kelihatan lucu apalagi oleh orang yang berjenis kelamin berbeda?
- Bolehkah anak dipukul atau ditampar bahkan oleh orangtua atau pun orang terdekat sekalipun. (Note; kekerasan, pelecehan seksual dan perkosaan secara statistik jauh lebih banyak dilakukan orang terdekat anak daripada orang tak dikenal).

3. Ajari anak untuk berani mengungkapkan perasaannya
- terkait tubuhnya (body sensing),
- melaporkan tindakan orang lain yang melanggar batas kepada orang yang dipercaya.
- atau bahkan belajar bela diri untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diharapkan.

Betul, bahwa bahasan dan kepantasan ini akan berkait dengan value setiap orang dan juga budaya dalam kelompok tertentu. Misalnya pendidikan seks negara barat biasanya berbeda dengan timur. kembali lagi kepada norma, budaya, kepercayaan pada kita masing-masing. Silakan saja orangtua menggunakan batasan dari value dan budaya yang dianutnya. Apapun value atau budayanya, tahapan-tahapan mencapai Body Integrity tersebut tetap penting dilakukan. Sehingga kita tidak terheran-heran ketika melihat dalam realita anak-anak yang diajari agama dan moral, tapi ternyata tidak memiliki body integrity ketika ia memperlihatkan, mem-foto, menshare tubuhnya secara terbuka atau membiarkan tubuhnya boleh diperlakukan bebas oleh orang lain.


Semoga Bermanfaat!




____________________________________________________________________

Tulisan ini hasil refrensi dari WAG parenting (Yeti Widiati 300716) yang saya baca lalu ingin saya kembangkan menjadi sebuah tulisan blog

*Istilah Body Integrity saya dengar pertama kali dari Mas Reza Indragiri Amriel seorang psikolog forensik saat membahas mengenai pelecehan dan kekerasan seksual pada anak dan remaja. Saya menurunkannya ke dalam bahasan psikologi perkembangan dan parenting yang lebih teknis. 

3 comments:

  1. Wah, menarik sekali ulasannya Mbak...
    Penting banget apalagi bagi saya yang punya anak sudah remaja.
    Kadangkala mereka bercanda di grup Line itu kebangetan, foto bagian tubuh temannya, meski bukan aurat sih..Dan cerita tentang temannya yang bikin saya deg-degan
    Suka was-was anak umur segini ini..
    Musti dikuatkan lagi nih body integrity-nya

    ReplyDelete
  2. Zaman sekarang emang serem-serem ya, pengen rasanya ngintilin anak 24 jam ke manapun dia pergi untuk mastiin dia aman.
    Tapi gak mungkin juga ya, mau gak mau kita harus banyak belajar agar bisa mendidik anak dengan baik

    ReplyDelete
  3. Kmrn itu aku ngajarin anakku utk hati2 kalo ada orang lain yg melakukan sexual harrasment ke dia, via video di uoutibe. Midah dimengerti sih utk anak2. Dia jd tau kalo bagian2 vital tertentu dr tubuhnya tidak boleh disentuh oleh org lain.

    Memang hrs sedini mungkin, supaya mereka cepet mengertinya. Anak2 itu gampang diksh tau kok sebenernya. Kalo oran zaman dulu menganggab mrk msh kecil, blm tau apa2. Pdhl di usia sekecil itu mereka udh bisa menangkap maksud yg kita kasih tau

    ReplyDelete