Thursday, August 9, 2018

Ketulusan di Sebuah Sandal Jepit


"Sesederhana apapun itu jika memberi dengan cinta ia akan tumbuh dengan ketulusan". 

Semua ibu pasti sudah biasa mengalami beberapa kali anaknya kehilangan sandal sebelah. Entah saat ia tidur di motor lalu lepas, kecebur di got, putus, tertukar. Sama kaya kejadian yang sering sekali anak saya alami. Bahkan kemarin sebelum Akhdan dibelikan sandal baru saya sempat memberinya sandal jepit di warung neneknya. ia sangat antusias dan yang paling penting tidak malu dan merengek-rengek karena gak kekinian. Bahkan pernah Akhdan aku ajak ke Jakarta di sebuah gedung Co working  dengan memakai sandal belang-belang (beda pasangan). meskipun begitu ia pede saja memakai sendal beda pasangan seperti dibenaknya "pakai saja yang ada" emaknya? cueeek.

Sayang sekali insiden hilang sandal pun terulang lagi. Meskipun sendalnya yang belang-belang itu tetap hilang semua. Mencari pasangan lain yang sebelah juga untuk dipasangkan lagi malah kehabisan stock juga. 😂

Bukan karena saya pelit karena tidak mau belikan yang baru tapi memang sengaja ingin memberi waktu anak untuk menerima keadaan walau hanya sementara. Faktor ke- dua yaitu sih biaya juga, haha. karena banyak urusan keuangan yang harus aku tekankan paska resmi menyandang status single parent.

"Yeay, punya sendal, punya sandal. Akhdan sayang sama mamah"
Gak nyangka Akhdan sebegitu senengnya padahal cuma sandal jepit swalow itupun yang ukurannya masih beberapa sentimeter lebih besar dari kakinya.

Seketika saya menatapnya dalam-dalam. aku melihat ada ketulusan dari raut wajahnya yang polos. Dan isi hati itu aku tuangkan menjadi tulisan disini....


Mungkin sebagian orang tua mempermasalahkan masalah sendal belang ini. Atau berkata dalam hati "ih malu-maluin aja kamu", entahlah aku bukan tipikal orang yang memikirkan penilaian orang lain. bagi saya menerima apa yang ada itu sudah menjadi pelajaran yang cukup dalam hidup.

Karena biasanya sulit saat anak mau menerima "apa yang ia tidak punya".

Ya memang namanya juga anak kecil terkadang permintaanya macam-macam, banyak maunya. saya sendiri sudah biasa menghadapi anak yang kepengennya banyak, kaya anak saya paling hobi beli mainan (semua anak kali ya). Belum sebulan sudah minta lagi, belum dua minggu sudah ada lagi yang ia pinta. Jujur saya bukan tipe orangtua yang pelit juga tidak royal amat menuruti semua keinginan anak. Saya bisa memberi dengan menjelaskan sebabnya dan saya tidak bisa memberi dengan menjelaskan sebabnya pula.

Terlebih ketika pulang kerja saya berpikir untuk menyisihkan sedikit rezeki untuk membawa oleh-oleh dan ini memang dianjurkan dalam hadits yang pernah saya baca.

Kadang banyak masukan dari mereka terutama orangtua saya "jangan terlalu dipaksakan" atau "bilang saja iya iya" tapi nyatanya tidak dibelikan (= bohongin anak). tidak dipaksakan tapi saya sudah janji dan saya harus menepati janji itu agar anak tidak kecewa. pulang kerja bawa mainan toh kerja saya tidak setiap hari hitung-hitung oleh-oleh nyenengin anak laah. Namun tetap ada BATAS tertentu ketika saya benar tidak bisa membelikan keinginannya bilang saja sejujurnya dari hati ke hati bukan omelan, bukan curhatan, tapi pengertian. loh, emangnya anak kecil bisa mengerti? 

Kesabaran orang tua terus diuji, namun perjuangan memang tidak menghianati hasil. kalian percaya dengan kekuatan batin? bonding yang sudah ditanam sejak dalam kandungan? percayalah jika kita memberi pengertian untuk anak, in sha allah anak akan mengerti orang tuanya tanpa tekanan. terutama jika parents sedang berada di masa sulit. setidaknya itu yang saya rasakan.

"Hari ini mamah belum cukup uang, next time kita beli." ---> tanggapan ekspresi anak sedih, lanjut
"Kamu tahu sendiri kalo mamah ada rezeki lebih pasti selalu ngajak kamu jalan2 belanja"---> tanggapan ekspresi sedih berubah menjadi senyuman dan kepercayaan terhadap orang tua.

"Karena kemarin sudah berjanji ini adalah mainan terakhir bulan ini maka kamu harus tempatin Janji tidak beli mainan dalam waktu dekat, mamah udah menepati janji kamu juga harus nepatin janji, okay?---> tanggapan ekspresi anak: senyum-senyum sendiri dengan kesadaran.

Biasanya dia jadi belajar berkomitmen, ya paling ingkar-ingkarnya nawar atau ngerayu,

"Mainan ini yg murah mah, yang seribuan boleh yaaa"

"Gantian kemarin uang mamah buat beli  mainan sekarang tabungan sama bayaran sekolah"

Tidak pakai ngambek atau rengek ya! kita balasnya dengan ajak bercanda lalu langsung belai, langkah ini bisa mencegah tantrum.

Dia nawar lagi??

Biasanya jurus saya sih, anak akan luluh jika saya mengungkit syukur yang sudah kami dapat. misalnya bilang,
"Kalo gak utamain sekolah dulu nanti gedenya jadi kaya anak-anak yang kita liat di lampu merah tuh"
Kalimat ini selalu berhasil terutama kalo anak sedang muncul 'mood males' sekolahnya keluar.


"Pakai sandal jepit ini dulu ya nanti kalo ayah ngirim uang kita beli yang baru"

Kembali saya berpikir lagi, ternyata bahwa apa yang saya pinta dia selalu mengerti bahasanya tidak pemilih, ambekan, terlihat manja tapi sebenarnya anak ini penuh pengertian pada orang tuanya dan saya merasakan itu amat merasakannya. Bahwa ketulusan orang tua benar sampai ke dalam batinnya dan mengikuti hatinya.

Maka dari itu bunda jalinlah hubungan yang baik dengan anak kita, bukan sekedar mengajarinya namun tidak memberi panutan yang baik. Biarkan anak menjalani prosesnya jangan sebentar-bentar difasilitasi jangan juga terlalu pelit. Pelit waktu, pelit ruang, pelit duit, pelit kasih sayang, dan sebagainya.

Barakallahu, maha besar Allah yang menciptakan hati dan pikiran jika digunakan dengan sebaik-baiknya.



11 comments:

  1. Kesabaran seorang ibu salah satunya emang ditempa dari seringnya anak menghilangkan barangnya.

    Btw anak saya malah lebih suka sandal beda pasangannya.
    Gak tau dia liat di mana model gituan hahaha.

    Untungnya sekarang anak saya sudah mulai bertanggung jawab akan barangnya, efek dulu saya selalu sounding lalu di kasih reward punishment

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener biasanya anak akan belajar bertanggung jawab dari kehilangan ya bun

      Delete
  2. Intinya sebagai orang tua yaa!! Harus sabar juga menghadapi sikap sang anak, Maklum namanyanya juga anak2..😂😂

    Tapi saya setuju dengan usul mbak bella. Sendal hilang kalau bisa jangan langsung dibelikan yang baru..😄

    Karena dengan begitu sang anak dapat berpikir, Atau mungkin tumbuh kembang otak jiwanya bisa semakin cerdas dalam hal bermain dan tidak lupa dengan sendalnya..

    Intinya bukan soal materi sih..Heeheeee!!..👍👍👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya betull... Belajar menerima dan menikmati proses intinya

      Delete
  3. judulnya membuat saya penasaran, dan kontennya menyentuh, karena saya juga adalah orang tua dari kedua anak2ku

    ReplyDelete
  4. Bener sih, kalau bonding kita ke anak kuat, anak akan lebih mengerti keadaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener saya percaya itu.. apa yg ditanam kita sendiri yg menuai

      Delete
  5. ortu adalah teladan bagi anak, dan kedekatan anak dan ibu menjalin komunikasi yg baik

    ReplyDelete
  6. Bener mba, aku sebisa munkin ga mau boongin anak. Kalo aku udh menjanjikan sesuatu, sekuat tenaga bakal aku tepati. Tp kalo memang sdg ga bisa, aku bakal ksh pilihan sebagai alternatifnya. Krn aku ga pgn anak2 nantinya meniru, suka janji, tp kemudian ingkar, ato lbh parah jd pembohong. Krn dia melihat ortunya suka janji, tp ga ditepati. Sama aja bohong :(.

    ReplyDelete
  7. Judulnya yg bikin penasaran hingga membawa ku kesini untuk membacanya, dan ternyata isi nya bikin terharu hehe. Keren kaka.


    Jgn lupa mampir di blog ku ya ��

    ReplyDelete