Monday, September 25, 2017

Enaknya tidak berKb Hormonal!


Sudah lebih dari 7 Bulan lamanya saya memutuskan untuk tidak memakai kontrasepsi hormonal (KB) terhitung sejak awal Febuari 2017 yang telah ditentukan bu bidan untuk kembali suntik KB berikutnya. ada beberapa alasan kenapa saya memutuskan untuk tidak pakai alat kontrasepsi. Padahal dulu saya termasuk IRT yang disiplin KB dan patuh pada perinsip saya "memberi jarak kelahiran pada anak minimal 5 tahun! ".

sejak pertama melahirkan saya memilih suntik KB tiga Bulan sebagai alat kontrasepsi atas rekomendasi kedua orangtua perempuanku (mamah dan ibu mertua)  melihat pengalaman mereka yang memiliki anak banyak, dengan jarak dekat 1-3tahun (mamah anak 5, mertua punya anak 7). membuat mereka khawatir saya akan mengandung lagi setelah melahirkan anak pertama.

Cerita versi mamah "zaman dulu banyak orang kampung yang ga mengerti KB, banyak kasus orang meninggal karena KB. jadi ketika ada bidan berkunjung ke rumah ibu ibu banyak yang lari dan mengumpat ke gunung. Itu makannya orang zaman dulu banyak anaknya"

Versi mertua "punya anak banyak itu repot jangan sampai seperti mamah, kamu harus KB"

Setelah mendengarkan pengalaman mereka akhirnya dengan mantap saya putuskan untuk ber KB tepat setelah 40 hari nifas. Selain karena disuruh orangtua, juga ada beberapa alasan saya,

  • Karena momy baru, tidak mudah menjadi seorang ibu baru karena ada segudang ilmu parenting yang harus di pelajari untuk ibu pemula. Banyak cerita dari mereka, mengurus anak amat merepotkan apalagi bayi di bawah satu tahun. Dan ternyata benar, tahun pertama mengurus anak saya amat kepayahan. ini murni tidak di bantu oleh tangan pembantu. Pengalaman ini membuat saya sempat terkena syndrom baby blues. 

  • Masih banyak mimpi yang ingin diraih, saya termasuk pasangan nikah muda. Menikah di usia 19 tahun saat sedang asik-asiknya cari duit. Saya pikir setelah punya anak nanti saya bisa kembali bekerja. Tetapi sang suami tidak mendukung "Boleh cari kegiatan tapi tidak dengan meninggalkan rumah dan anak" katanya. Selain terbentur oleh izin suami, Kerepotan yang membuat saya sadar anak saya tidak bisa dititipkan meskipun itu neneknya dari ibu saya, Saya juga akan sangat bersalah jika tidak memberinya ASI dan diganti sufor.  

  • Mindset "banyak anak banyak masalah". Pikiran pendek tak beralasan lainnya, saya sering melihat keluarga yang anaknya sedikit dan hidup mereka lebih sejahtera. Juga Masih terbayang oleh saya pengalaman hamil, sakitnya melahirkan, repotnya mengurus bayi. Membuat saya sempat berpikir ingin punya anak satu saja atau dua atau tiga paling banyak itu pun jaraknya harus berjauhan. Tapi rencana suami beda, tujuh aja katanya. Ya kalo sampean yang mengandung dan melahirkan gapapa yo mas 😁

Efek yang saya rasakan selama berKb tiga Bulan,
sebenarnya efeknya tidak menakutkan seperti kata orang gemuk, berjerawat, migren, pusing, pegal saya sendiri termasuk orang yang tidak mengambil pusing masalah diatas. Toh pusing juga bisa muncul bukan karena KB saja misalnya pusing, migren, pegal-pegal sering muncul pada tanggal tua dan kanker (kantong kering) 😂

Cuma satu efek samping dari berKB yang saya rasakan "tidak Mensturasi selama dua tahun saya berKB"

sebenarnya saya sangat menikmati berKB ini karena merasa hormon tertentu di matikan seperti tidak munculnya jerawat bulanan, wajah tidak berminyak, tidak merasakan sakit haid lagi. Tetapi Lama-kelamaan saya mulai berpikir, normalkan saya tidak mens? 
Bagaiman jika selamanya saya tidak mensturasi karena kb, baikah untuk tubuh saya?
Bukankah Wanita seharusnya di kodratkan untuk meneruskan keturunan dengan secara alami memproduksi sel telur dirahimnya?

Sempat saya mengeluhkan ini kepada bu bidan, apakah bahaya jika tidak mens seperti ini terus?  Tapi mereka kebanyakan menjawab, ya memang itu resikonya, efek sampingnya, Ganti IUD saja dan sebagainya.

Akhirnya saya search in google efek samping dari masing-masing jenis kontrasepsi dan semuanya miliki efek samping kecuali KB kalender, hanya kelemahannya sering kebobolan kalo salah perhitungan atau pasangan kurang teguh berkomitmen.

Saya mencoba memberikan jeda, kepada ovum untuk beraktifitas secara normal dan tidak di ganggu si KB. ya, saya berhenti KB sementara.

dua Bulan pertama, saya mulai mengalami mensturasi itu pun dengan siklus yang tidak teratur. Saya tunggu sampai minimal setiap Bulan mens. Oke sudah tiga bulan, mens mulai lancar saya suntik lagi.

Karena masih kokoh akan pendirian "jarak punya anak lagi minimal 5 tahun" Saat itu usia anak saya 2 tahun 6 Bulan. KB lagi, jeda, subur, KB lagi. begitu seterusnya sampai anak saya berusia 4 tahun.

Pikiran sotoy saya saat itu adalah "gapapalah gak teratur mensnya KBnya yang penting rahim sudah dikasih kesempatan bernafas, lagi pula berhenti KB tidak akan langsung hamil kan?? Karena hormon alami butuh penyesuaian lagi" (tolong jangan diikuti ya parents)


Terispirasi melihat keluarga lain, 
tetangga sebelah rumah adalah keturunan arab yang memiliki anak 3 masing-masing jaraknya 1 tahun setengah, (3 tahun,  2 tahun , dan bayi 6 Bulan) saya sering memperhatikan cara si kakak bermain dengan adik-adiknya dan persaudaraannya cukup rukun. Dari cara si kakak menyayangi adik-adiknya dan mengalah yang seharusnya anak usia 3 tahun itu lagi rese resenya tapi ia terlihat layaknya seorang kakak yang dewasa.

Sedangkan anak sulung ku, masih sangat manja dalam pergaulan. Saya berpikir mungkin karena cuma dia anak saya saat ini jadi belum belajar menjadi seorang kakak.

Percaya atau tidak semakin dekat jarak kelahiran dengan saudara, semakin kuat pula ikatan batin. Meskipun sering bertengkar karena hampir seusia. Setidaknya itu yang saya rasakan dengan saudara2 kandung saya.

Beda dengan saudara yang usianya terpaut sangat jauh. Memang sang kakak sayang dan si adik lebih menghormati namun hubungan seperti kaku. Contohnya si kakak sudah menikah jadi tidak bebas curhat dan bercanda dengan adiknya.

Mengubah cara pandang "banyak anak banyak masalah"
Menurut hadits yang saya baca Allah menyukai perempuan yang bisa melahirkan anak banyak. Dan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ

“Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar]

ISLAM MENGANJURKAN UMATNYA UNTUK MEMPUNYAI BANYAK ANAK

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِى الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : أَنَّى (لِي) هَذَا؟ فَيَقُالُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ

Dari Abu Huarirah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya ada seseorang [1] yang diangkat (ditinggikan) derajadnya di jannah (surga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), “Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajad yang tinggi di surga)?”. Dikatakan kepadanya, “(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.

“Dari Abu Hurairah : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara :

1. Shadaqah jariyah

2. Atau ilmu yang diambil manfaatnya

3. Anak shalih yang mendo’akannya”

[Riwayat Muslim dan lain-lain]

Inilah puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan mempunyai anak, yaitu anak yang shalih yang bermanfaat bagi orang tua di dunia dan di akhirat.

Dari hadits ini pun kita mengetahui bahwa tujuan mulia dari mempunyai anak –menurut syari’at Islam- ialah menjadikan anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang shalih, anak-anak yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan anak-anak yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya (birrul walidain). Bukan anak-anak yang durhaka apalagi yang kufur dan lain-lain yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting sekali dan menentukan.


Mulai merindukan bayi lagi, 
Setiap hari adalah menuntut ilmu, termasuk baru tahu ternyata allah sangat membenci umatnya yang berburuk sangka kepadanya termasuk "takut banyak anak banyak masalah" padahal allah telah menjamin semua Rizki mahluknya. Sempat berpikir seperti itu sih 😢.

Seperti kita tau anak anak itu bermacam-macam sifatnya ada yang baik atau keras kepala semua itu tergantung dari cara didik kedua orangtua, hasil inilah yang akan kita panen di hari tua.

Setelah mengambil kesimpulan, 
KB boleh kalo dengan alasan untuk memberikan jarak kelahiran (agar si bayi cukup mendapat ASI 2 tahun lebih) asal KB menurut islam, bukan hormonal ataupun KB abadi dengan alasan ingin menentukan jumlah anak seperti pengangkatan rahim dengan sengaja, bukan dengan alasan medis (seperti penyakit tertentu)

Ga baik juga kali  terus terusan tubuh perempuan di tojos KB hormonal terus. Resikonya berbahaya 😊

Hemmm jadi merindukan punya bayi lagi, anak kembar, anak asuh, tiga, empat atau sembilan anak saya siap! 🙋



Ayo punya anak banyak!!!!!!


2 comments:

  1. Lucu yaaa kisah para mama kita tentang KB jaman dulu, hihi. Sampai ngumpet segala..
    Iyah sih katanya banyak anak banyak rezeki, soalnya anak kan bawa rezekinya masing2. Saya juga pengennya punya 3 anak...ini masih hamil anak pertama 😊 mohon doanya semoga bisa lahir normal sehat selamat yah

    ReplyDelete