Wednesday, August 4, 2021

KISAH TA'ARUF KU

 

Ta'aruf syar'i

Sudah hampir 3 tahun kami menikah, dan ini pernikahan kedua untuk saya. Pernikahan kedua ini berawal dari pengalaman taaruf yang belum pernah saya lakukan terutama di pernikahan sebelumnya. Qodarullah kami dipertemukan di website taaruf milik WO ustad Khalid Basalamah. Sebelumnya memang pernah 3 kali gagal taaruf karena saya merasa tidak cocok. Tapi yg ke 4 ini saya merasa sreg karena niat ia sepertinya tulus yg paling penting saat itu adalah calon mau menerima anak dari saya. Gak usah kepow ya, dia bujang, duda atau beristri 😂

Setelah Nazor ke rumah dan berbicara panjang lebar dengan mahrom saya (kakak laki2) dan mamah (bapak sudah lama wafat) kami merasa cocok untuk melanjutkan ke tahapan pernikahan. Sekitar 1 bulan dari Nazor (pertemuan cie cie) Selama menunggu waktu sebulan itu kami banyak mencari tahu tentang calon pasangan. Untuk mengetahui karakter calon istrinya ini, saat itu calon suami tak sungkan nelpon mantan suami menanyakan tentang "bagaimana saya". Awalnya saya sudah pasrah mansu kayanya akan menjelek2an saya secara saat itu konflik pasca berpisah tidak baik2. Khawatir mansu tidak bisa netral dan membawa masalah pribadi. Tapi setelah itu saya tidak mau mendengar jawaban "mansu berbicara apa tentang saya?" Ke calon suami. Saya langsung bilang saja, terserah bagaimana keputusannya (mundur atau maju) saya terima. Dari situ sebenarnya saya sudah bisa menilai, calon saya itu bijak atau tidak.

Nano2 bgt ya taaruf dgn janda cerai hidup. 😌

Qodarullah, saat itu calon suami tidak mundur dari proses taaruf. Kami lanjut sampai menunggu hari H tiba.

Ya, sejujurnya pacaran setelah menikah itu lebih spesial dan unik. Jika ditanya apakah ada konflik saat baru memulai hidup baru? terlebih belum kenal banget sebelumnya, tentu ada dong. Setiap hubungan itu pasti selalu ada bumbu-bumbu pengenalan karakter. Perbedaan yang "awalnya" mengganggu itu bukan alasan untuk dijadikan ketidak cocokan mutlak.


Semua tergantung cara pikir tiap individu bagaimana mengartikan sebuah pernikahan. Karena cintakah? Karena Allah kah? Nah kalo pembahasaan ini beda lagi ya, insyaallah dibahas dilain waktu diantara curhat2 media sosial 😂😅

Yang merasa sesama akhwat Follow dulu deh 🤣
https://instagram.com/bellaagmia
Biar bisa temenan maksudnya 🤗

Dari pengalaman saya yang sudah pernah menikah sebelumnya. Kadang konflik perbedaan karakter kerap muncul menjadikan alasan ketidak cocokan. Baru tau sifat suami aslinya, barulah menyesal. Terlebih pernikahan yg tidak didasari karena Allah. Suami tidak tau hak dan kewajiban kepada istri, istri pun sebaliknya, sama-sama menuntut hak. 

Loh pernikahan itukan pengenalan, penyesuaian, karakter pasangan seumur hidup. Sekarang kalo saya sudah tau karakter suami saya lebih tau cara bersikap. Misal paksu itu orangnya tidak mau kalah dalam berdebat (bawaan laki-laki yang gengsian kali ya) jadi pas kami berbeda saya pro galon Aqua isi ulang dia lebih pro lemineral galon sekali pakai??? Omongan ini aja bisa jadi perdebatan layaknya ILC loh 🤣

Setelah meminta maaf atas insiden pillow talk tidak penting itu, saya mengalah dan meminta maaf untuk mendapatkan ridhonya sebelum tidur. 😆

Yg paham berarti udah bisa metik pelajaran dari cerita diatas. Bukan tentang akua galon!

Besok2nya, dia bawel masalah air keran ngocor terus. ya ku diemin aja, karena nanti kalo diterusin jadi bertengkar. Abis itu cari moment tepat buat membela diri. 🙈🤣

Lah, sudah tabiat perempuan tidak mau disalahkan. Sesalah-salahnya wanita, lelaki lebih salah lagi. 🤣

Hanya saja timming nya harus tepat, penyampaiannya harus tepat, caranya harus pas. Tanpa debat, tanpa mojokin, tanpa suara keras. Ingat ya, laki-laki itu mudah lemah dengan suara lemah lembut 🙈

Setelahnya apa coba, dia yang bawel jadi lebih mengerti istrinya dan lebih diterima. Alhamdulillah semakin tau karakter pasangan dan semakin tau apa yang harus dilakukan, hubungan kami jadi semakin baik.

Perikahan ibadah terlama sepanjang usia, sama seperti sholat wajib, mau gak mau, males ga rajin, kudu tetap dilaksanakan, dimanapun perjalanannya, bagaimanapun keadaanya, kudu tetap Istiqomah.


Pernikahan bukan cerita negeri dongeng, habis pengenalan/pacaran happy ending pada ijab qobul. Justru kehidupan baru akan dimulai.. happy ending nya nanti di akhirat.

Orang bilang menikah tidak pakai pacaran (ta'aruf) tidak menjamin hubungan langgeng. Bagi saya pacaranpun juga tidak menjamin pernikahan bisa langgeng. Jadi masalahnya bukan pada taarufnya.

Saat menikah mungkin hanya ada ketertarikan fisik. tangki cinta Masih belum sepenuhnya terisi. 

Jika menikah diniatkan karena ridho Allah. Kami berusaha saling mengisi tangki cinta bersama.

Menikah bukan berarti harus saling memiliki tangki cinta yg sudah penuh saat pacaran.

Masalah akan selalu ada dan datang?
Tak masalah..

Teruslah mengisi tangki cinta. Dengan sifat pemaaf, sabar, tidak banyak berburuk sangka. Camkan itu yaa...

1 tahun

2 tahun

3 tahun

Tidak mengapa, asal selamanya tangki cinta terus tetap diisi ♥️

Bagaimana, sudah siap hijrah dan memutuskan ta'aruf?

Bissmillah yaa...

No comments:

Post a Comment